menu label

Label

Selasa, 26 April 2016

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PENGGUNAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING LEARNING (QTL) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PAI PADA MATERI AQIDAH AKHLAQ SISWA KELAS X SMK ZAINUL HASAN BALUNG-JEMBER 2015-2016



PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENGGUNAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING LEARNING (QTL) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PAI PADA MATERI AQIDAH AKHLAQ SISWA KELAS X SMK ZAINUL HASAN BALUNG-JEMBER 2015-2016

Proposal ini di ajukan untuk memenuhi tugas matakuliah PTK semester VI

Dosen pembimbing
Dr. MOH. SUTOMO, M.Pd.










Oleh:
ABDUL WAFI
NIM. 201344011774

 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AL-FALAH AS-SUNNIYYAH (STAIFAS) KENCONG – JEMBER
APRIL 2016


LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas

PENGGUNAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING LEARNING (QTL) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PAI PADA MATERI AQIDAH AKHLAQ SISWA KELAS X SMK ZAINUL HASAN BALUNG-JEMBER 2015-2016

disahkan untuk dilakukan penelitian
TANGGAL 27 APRIL 2016
DOSEN PEMBINA MATAKULIAH
Dr. MOH. SUTOMO, M.Pd





Kencong,  20 April 2016
Menyetujui,
Dosen Mata Kuliah PTK
                       



Dr. MOH. SUTOMO, M.Pd









KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmatnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Quantum Teaching Learning (Qtl) Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pai Pada Materi Aqidah Akhlaq Siswa Kelas X Smk Zainul Hasan Balung-Jember 2015-2016 “ Laporan hasil penelitian tidak akan terselesaikan tanpa bantuan sahabat-sahabat yang telah memberikan masukan-masukan yang berarti. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada:
1.      Bapak Dr. MOH. SUTOMO, M.Pd, selaku Dosen pembimbing di kampus STAIFAS yang telah memberikan ijin dan memotivasi kami untuk melakukan kegiatan penelitian.
2.      Ibu Naily Dinul Qoyyimah, S.Pd        selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Balung Jember yang telah memberi izin untuk belajar mempraktekan PTK di lembaganya
Kami sangat menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penting dalam menyempurnakan hasil penelitian ini. Demikian pengantar singkat dari kami, atas perhatian dan kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.

Jember, 20 April 2016
Peneliti

        Abdul Wafi


DAFTAR ISI
halaman
COVER ..................................................................................................         
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................          ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................          iii
DAFTAR ISI .........................................................................................          iv
A.    PEMBAHASAN .......................................................................          1
1           LATAR BELAKANG .......................................................          1
2           RUMUSAN MASALAH ...................................................          7
3           TUJUAN PENELITIAN ....................................................          8
4           MANFAAT PENELITIAN.................................................          8
B.     KAJIAN PUSTAKA .................................................................          3
1.      QUANTUM TEACHING LEARNING..............................          9
a.       Definisi Quantum Teaching Learning.............................          10
b.      Asas Utama Quantum Teaching Learning......................          10
c.       Prinsip Quantum Teaching Learning...............................          11
d.      Model Quantum Teaching...............................................          12
e.       Kerangka Belajar Quantum Teaching.............................          13
f.       Strategi Quantum Teaching.............................................          14
2.      MOTIVASI BELAJAR........................................................          16
a.       Macam Macam Motivasi Belajar.....................................          16
b.      Fungsi Motivasi...............................................................          19
c.       Teknik Teknik Motivasi...................................................          20
3.      PENERAPAN PENDEKATAN QTL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR.............................................................................          21
a.       Pembelajaran Yang Menyenangkan................................          22
b.      Menciptakan Pembelajaran Yang Menyenangkan..........          24
4.      HIPOTESIS..........................................................................          28
C.     METODE PENELITIAN ..........................................................          30
1.      SETTING PENELITIAN.....................................................          30
2.      SASARAN PENELITIAN..................................................          30
3.      RENCANA TINDAKAN....................................................          30
a.       Desain PTK.....................................................................          30
b.      Rencana Tindakan Penelitian..........................................          33
4.      DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA.............          38
a.       Instrumen Penelitian........................................................          38
5.      ANALISIS DATA...............................................................          40
6.      INDIKATOR KEBERHASILAN.......................................          40
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................          42


A.    PEMBAHASAN
1        LATAR BELAKANG        
Agama islam yang di wahyukan kepada Rasulullah Muhammad saw. Mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Dalam aga islam terkandung suatu potensi yang mengacu kedua fenomena yaitu :
a.       Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi pribadi yang berkualitas baik dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk makhluk lainnya
b.      Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsive terhadap lingkungan sekitarnya.
Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi tersebut diatas diperlukan ikhtiar kependidikan yang sistematis berencana berdasarkan pendekatan dan wawasan yang interdisipliner. Karena manusia semakin terlibat kedalam proses perkembangan social itu sendiri menunjukkan adanya interelasi dan interaksi dari berbagai fungsi.
Agama islam yang membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan bagi kepentingan hidup manusia di atas bumi, baru actual dan fungsional bila diinternalisasikan kedalam pribadi melalui proses kependidikan yang konsisten, terarah kepada tujuan.
Karena itu proses kependidikan memerlukan konsep konsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji dan praksisasi di lapangan operasional. Bangunan teoritis kependidikan islam itu akan berdiri tegak diatas fondasi pandangan dasar (filosofi) yang telah digariskan oleh tuhan dalam kitab suci.[1]
Ahmad marimba  mendefinisikan pendidikan sebagai “suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh guru terhadap perkembangan jasmani atau rohani murid menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Dari pengertian ini terdapat beberapa unsure yaitu: usaha, guru, murid, dasar dan tujuan
Adapun unsure-unsur pembentuk pengertian pendidikan dari al-Ghazali dapat dilihat dalam pernyataan sebagai berikut
“Sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan berhampiran dengan malaikat tinggi “ (Al-Ghazali, Juz I, tt: 13).
“... Dan ini sesungguhnya adalah dengan ilmu yang berkembang melalui pengajaran dan bukan ilmu yang beku yang tidak berkembang” (Al-Ghazali Juz U, tt: 11).
Dari pengertian tersebut di atas al-Ghazali menyebutkan, kata “hasil” hal ini memberikan pengertian terjadinya proses, kata “mendekatkan diri kepada Allah” menunjukkan tujuan, dan kata “ilmu” menujukkan alat, sedangkan pada pernyataan al-Ghazali yang kedua merupakan penjelasan mengenai alat, yakni disampaikannya dalam bentuk pengajaran.
Sedangkan penjelasan tentang bagaimana pengajaran itu berlangsung al-Ghazali menjelaskan bahwa pengajaran dan pendidikan dapat dilaksanakan secara bertahap, disesuaikan dengan perkembangan anak, baik secara fisik atau psikisnya. Orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anak, minimalnya hingga umur 16 tahun. Selanjutnya pembentukan pribadi anak menjadi tanggung jawab dari anak itu sendiri dan masyarakat secana luas.
Dengan demikian menurut penulis dapat dirumuskan bahwa pendidikan menurut al-Ghazali adalah “Proses memanusiakan manusia sejak kecil sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendidikan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna”. [2]
Bila pendidikan Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan amaliah, maka ia akan dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang benafaskan Islam yang lebih efektif dan efisien. Kita mengetahui dan mengakui bahwa sejak Islam diartikulasikan melalui dakwahnya dalam masyarakat sampai kini, proses kependidikan Islam yang telah mengacu dalam masyarakat yang beraneka ragam kultur dan struktur. Selama itu pula jasa-jasanya telah tampak mewamai sikap dan kepribadian manusia yang tersentuh oleb dampak-dampak positif dari proses keberlangsungannya.
Namun akhir-akhir ini akibat timbulnya perubahan sosial di berbagai sektor kehidupan umat manusia, beserta nilai-nilainya ikut mengalami pergeseran yang belum mapan. Pendidikan Islam seperti yang dikehendak iumat Islam, harus mengubah strategi dan taktik operasional. Strategi dan taktik itu tak pelak lagi menuntut perombakan model-model sanipai dengan intitusi-institusi-nya sehingga lebih efektif dan efisien, dalam artian pedagogis, sosiologis, dan kultural.
Bila diibaratkan seorang pemimpin, ilmu pendidikan Islam dalam mengamati dinamika masyarakat yang seringkali menggejalakan perubahan sosiokultural dalam proses pertumbuhan-nya, harus meneliti esensi dan implikasi-implikasi di belakang perubahan itu dalam rangka menemukan sumber sebabnya. Dari sanalah pendidikan Islam mengadakan modifikasi-modifikasi terhadap strategi dan taktik yang inovatif terhadap program pembelajarannya, sehingga kondusif terhadap aspirasi masyarakat. [3]
Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran Islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multiinteres yang berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang multikompleks pula. Tugas pendidikan Islam dalam proses pencapaian tujuannya tidak lagi menghadapi problema kehidupan yang simplisistis, melainkan sangat kompleks. Akibat pernintaan yang bertambah (rising demand) manusia semakin kompleks pula, hidup kejiwaannya semakin tidak mudah jiwa manusia itu diberi napas agama.
Bagaikan obat pahit yang menyembuhkan, namun banyak orang yang tidak mau menelannya. Karena itu diperlukan sistem dan metode yang menarik. Orientasi pendidikan Islam dalam zaman teknologi masa depan perlu diubah pula. Semula beronientasi kepada kehidupan ukhrawi menjadi duniawi-ukhrawi bersamaan. Orientasi ini menghendaki suatu rumusan tujuan pendidikan yang jelas, karena itu program pembelajarannya harus lebih diproyeksikan ke masa depan daripada masa kini atau masa lampau. Meskipun masa lampau dan kini tetap dijadikan khazanah kekayaan empiris yang amat berharga bagi batu loncatan ke depan, sehingga nostalgia kembali pada masa keemasan dunia Islam di lampau (abad ke-7--14) tidak perlu lagi mengobsesi pemikiran kita. [4]
Selain dari itu banyak sekali permasalahan-permasalahan pada pendidikan hususnya pada tahap keberlangsungan proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam problema yang dapat menghambat proses belajar-mengajar baik bagi pendidik maupun peserta didik. Dengan adanya hambatan dalam proses belajar-mengajar tersebut, tentu dalam proses pengajaran tidak akan mampu mencapai tujuan yang ditargetkan. Oleh karenanya, hendaknya sebagai calon pendidik mampu memahami hal-hal yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan agar mampu selaras dan akhimya mencapai tujuan yang ditargetkan, yakni peserta didik mampu menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik.
Salah satu problema yang terjadi dalam dunia pendidikan adalah problema dan segi psikologis antara pendidik dan peserta didiknya. Keselarasan psikologis dan saling memahami atau connecting antara pendidik juga peserta didik sangat memengaruhi hasil dan pembelajaran. Karena sebagai seorang pendidik, jika mampu mengapreasiasikan materi yang disampaikan dengan cara yang menarik sehingga mampu menarik dan memotivasi minat peserta didiknya, pasti tujuan pembelajaran akan lebih efektif dan sesuai dengan terget yang diinginkan. Sebaliknya, jika antara pendidik juga peserta didik tidak saling memahami dan unconneted antara satu dengan lainnya, maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai. [5]
Seharusnya proses pembelajaran harus berjalan dengan baik. Bahan ajar yang dipelajari oleh murid dapat di mengerti serta dapat diterapkan dalam pola pikir mereka dengan bertumpu pada pemikirari yang positif, sering kali ada kata-kata yang selalu menyebutkan mastery learning yaitu, belajar tuntas artinya penguasaan penuh terhadap hal semua materi pembelajaran yang di sampaikan oleh guru di mengerti singkat,padat,jelas sehinga dapat di pahami
Akan tetapi berbeda ketika berada dengan aplikasinya, proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan pengembangan pola fikir mengenai cara berfikir manusia yang positif, cara berfikir untuk melakukan sesuatu pembelajaran yang menurut mereka sulit ditangkap dan mengerti membuat anak malas untuk berfikir serta membuat mereka acuh tak acuh terhadap pembelajaran yang diberikan guru mereka,Hal ini banyak di karenakan dalam suatu sistem pembelajaran yang lebih menekan pada penguasaan kemampuan intelektualnya serta proses belajar terpusat pada guru saja di kelas,sehingga keberadaan peserta didik dikelas hanya menunggu uraian guru,kemudian mencatat menghafalnya saja,tanpa ada aktifitas lainnya yang bisa membuat murid semangat untuk menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru tersebut.
Dalam fenomena pembelajaran sepeti ini , tentu saja menciptakan suasana kelas yang statis, monoton dan membosankan, bahkan yang memprihatinkan akan mematikan aktifitas dan kreatifitas siswa didik dalam kelas model pembelajaran seperti yang di jelaskan di atas dimana peseta didik di beri berbagai pengetahuan dan informasi oleh guru dengan mengabaikan aktifitas dan kreatifitas peseta didik di kelas,peserta didik diposisikan sebagai obyek penampung untuk mendengarkan kata-kata guru tanpa ada satupun mereka mengerti akan kata-kata yang disampaikan oleh guru sehingga anak tidak akan mendapatkan manfaat dan pembelajaran tersebut.
Dalam Pembelajaran tidak terlepas dari suatu pendekatan yang di gunakan untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran serta yang di sampaikan oleh guru kepada peserta didik dapat membawa hash yang baik,sedangkan dalam menyampaikan materi tidak hanya materi tetapi praktek melalui percobaan langsung atau tidak langsung dapat menggunakan alat-alat yang di anggap seperti nyata.
Beberapa peserta didik lebih mudah menerima keterangan yang di berikan oleh temannya karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya di bandingkan harus bertanya kepada guru, melalui pendekatan Quantum Teacging Learning (QTL) proses pembelajaran akan berubah menjadi proses belajar yang meriah dengan segala nuansa dan kaitannya.
Quantun Teaching Learning (QTL) Merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan proses pembelajaran menjadi efektif, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Motivasi diperlukan untuk menunjang proses belajar siswa. Kegunaannya agar siswa lebih semangat dalam belajar. Intinya, peran motivasi sebagai sumber energi psikologis bagi siswa. Menurut Sri Rumini dkk motivasi merupakan keadaan atau kondisi pribadi pada siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dengan tujuan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan siswa yang bersangkutan.
Motivasi yang besar dalam seseorang dapat diukur dari bagaimana ia terus berusaha keras, tekun serta tidak mudah putus asa walau dihadang berbagai hambatan serta kesulitan dalam belajar. Seseorang dengan motivasi yang tinggi tidak akan pemah menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkan.
Dalam hal ini kaitannya dengan proses pembelajaran adalah diharapkan seorang pendidik harus mampu menumbuh kembangkan motivasi anak didiknya. Karena dengan adanya motivasi yang tinggi, seolah-olah hal itu merupakan asupan energi positif bagi anak didik. Maka dengan menjaga asupan energi positif itu, anak didik akan terlecut untuk terus berpacu dalam belajar.

2        RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah di paparkan diatas maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Quantum Teaching Learning (QTL) Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pai Pada Materi Aqidah Akhlaq Siswa Kelas X Smk Zainul Hasan Balung-Jember 2015-2016 ?”
3        TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dan mendeskripsikan ada upaya guru pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan semangat belajar melalui pendekatan Quantum Teaching Learning di sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Balung Jember
4        MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjaditiga bagian, diantaranya
Bagi Siswa penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi atau minat belajar yang tinggi, sehingga siswa akan lebih mudah dalam mempelajari materi pelajaran agama islam dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Guru penelitian ini diharapkan sebagai motivasi dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas penggunaan strategi pembelajaran kemampuan berfikir sehingga hasil yang di peroleh benar benar berdampak secara keseluruhan terhadap peserta didik
Bagi Lembaga penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif dalam menentukan berbagai kebijakan khusus dalam hal peningkatan mutu kegiatan belajar.


B.     KAJIAN PUSTAKA
1        QUANTUM TEACHING LEARNING (QTL)
Bayangkanlah sejenak tempat Kita mengajar—kelas. ruang kuliah, ruing olahraga—tempat murid-murid  Kita bdajar. Dengarkan dengungan para siawa yang  tertarik dan memperhankan Kita. perhatikan tangan-tangan  teracung dengan antusias, tubuh-tubuh condong  kedepan penuh rasa ingin tahu. dan gemuruh suk ria  perayaan. Rasakanlah keriangan berbagi wawasan dan  kehangatan saling tukar pikiran yang menyemangati.  Lihadah ke sekeleiling tempat Kita yang mcnggemakan  pembelajaran dan penjelajahan. Tataplah mata siswa siswi  Kita. Rasakanlah pengaruh yang Kita miliki di dalam kehidupan mereka.
Gambaran diatas mungkin sesuai dengan kclas Kita sekarang. Atau. mungkin. Gambaran tersebut hanyalah sebentuk impian. Terlepas dari keefektifan mengalar Kita sekarang. Quantum leaching menunjukkan kepada Kita cara untuk menjadi guru yang  lebih baik. Quantum Teaching mcnguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar Kita lewat pcmaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah. apa pun mata pelajaran yang kita ajarkan. Dengan menggunakan metodologi Quantum Teaching. Kita akan dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa.
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks segala sesuatunya berarti. Setiap kata, fikiran, tindakan dan asosiasi dan sampai sejauh mana Kita menggubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung (Lozanov, 1978). Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching  berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas—interaksi yang mendirikan  ikitasan dan kerangka untuk belajar.

a.      Definisi Quantum Teaching Learning (QTL)
Kata quantum berasal dari bahasa Latin, berarti “Seberapa banyak?”, menggambarkan satuan terkecil yang bisa berarti menyerupai partikel. Selanjutnya Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:E = mc2
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik.
Dengan demikian Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Quantum Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid, anda seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.
b.      Asas Utama Quantum Teaching
Quantum teaching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Dan Antarkanlah Dunia Mereka ke Dunia Kita”. Artinya : mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hal mengajar. Hak mengajar ini diberikan oleh siswa, bukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas mengeluarkan dokumen yang mengizinkan seseorang untuk mengajar. Berarti hanya memiliki wewenang untuk mengajar.
Belajar dan segala definisinya adalah kegiatan fullcontect. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia-pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberi oleh pelajar dan diraih oleh guru
Jadi masukilah dunia mereka! Karena tindakan ini akan memberikan izin untuk memimpin dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Bagaimana caranya? dengan mengaitkan apa yang Anda ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dan kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni. Reaksi, atau akademis mereka.
Setelah kaitan itu terbentuk, Anda dapat membawa ke dunia Anda dan memberikan mereka pemahaman Anda mengenai isi dunia itu. Di sinilah kosa kata baru, model mental, rumus, dan lain-lain dibeberkan. Dengan demikian, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajarike dalam dunia mereka dan menerapkan pada situasi yang baru.
c.       Prinsip-Prinsip Quantum Teaching
Prinsip-prinsip ini adalah sebagai struktur Chord dasar dan simfoni belajar Anda. Prinsip-prinsip ini adalah:
1)      Segalanya bicara Segalanya dan lingkungan hingga bahasa tubuh nada, dan kertas yang Anda bagikan hingga rancangan pelajaran semuanya mengiriim pesan tentang belajar.
2)      Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam pengubahan, semuanya mempunyai tujuan
3)      Pengalaman sebelum pemberian nama Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelurn mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari.
4)      Akui setiap usaha Pada saat ‘siswa mengambil langkah mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan din mereka.
5)      Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asposiasi emosi positif dalam belajar

d.      Model Quantum Teaching
Model QT hampir sama dengan sebuah simfoni, yang terdiri dan dua unsur, yaitu: konteks dan isi (contect and content).
Konteks adalah latar untuk pengalaman Anda. Konteks merupakan keakraban ruang orkestra itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor dan para pemain musiknya (suasana) keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerja sama, (landasan) dengan interprestasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Unsurunsur mi berpadu dan kemudian menciptakan pengalaman bermusik yang meny1uruh.
Isi, anggaplah lembaran musik itu sendiri sebagai isi not-not nyata pada sebuah halaman. Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frasa musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.
e.       Kerangka rancangan belajar Quantum Teaching
Kerangka rancangan Quantum Teaching ini dikenal dengan istilah TANDUR, dibawah ini akan dijelaskan mengenai TANDUR
1)      Tumbuhkan. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat Bagiku ” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. Stategi untuk melaksanakan Tumbuhkan tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang.
2)      Alami. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Konsep Alami mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah.
3)      Namai. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”.Dalam memahami konsep Namai yaitu perbedaan apa yang perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan? Strategi implementasi konsep Namai dapat menggunaka gambar susunan gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.
4)      Demonstrasikan. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
5)      Ulangi. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”.
6)      Rayakan. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lehi lanjut.

f.       Strategi Quantum learning
Quantum learning berakar dari upaya Dr. George Lozanov seorang pendidik kebangsaan Bulgaria yang bereksperim.. en dengan apa yang disebut sebagai SUGGESTOLORY atau SUGGESTOPED1A
Prinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif.
Teknik untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan prestasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalamlseni pengajaran sugesti.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah pemercepat belajar, adalah “ memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal. Dan dibarengi kegembjraan quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi.
Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan aliran pengertian antara siswa dan guru.
Tubuh kita secara fisik adalah materi, sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Quantum learning menggabungkan suggestology, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori keyakinan, termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dan berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
1)      Teori otak kanan/kiri;
2)      Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik)
3)      Teori kecerdasan ganda
4)      Pendidikan holistic
5)      Belajar berdasarkan pengalaman
6)      Belajar dengan symbol
7)      Simulasi/permainan


2        MOTIVASI BELAJAR
Masnur menjelaskan, motivasi adalah daya atau perbuatan yang mendorong seseorang. tindakan atau perbuatan merupakan gejala sebagai akibat dan adanya motivasi tersebut. Seorang siswa dapat belajar dengan giat karena motivasi dari luar dirinya, misalnya adanya dorongan dari orangtua atau gurunya, janiji-janji yang diberikan apabila ia berhasil dan sebagainya. Akan tetapi, akan lebih baik apabila motivasi belajar datang dari dalam dininya sendiri, sehingga ia akan terdorong secara terus-menenis, tidak bergantung pada situasi luar
Motivasi atau miriat belajar merupakan hasrat untuk belajar dari seseorang individu. Seorang siswa dapat belajar secara lebih efisien apabila ia berusaha untuk belajar secara maksimal. Artinya, ia memotivasi dirinya sendiri. Motivasi belajar dapat datang dari dalam diri siswa yang rajin membaca buku dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu masalah.
Motivasi belajar dapat dibangkitkan, ditingkatkan, dan dipelihara oleb kondisi-kondisi luar, seperti penyajian pelajaran oleh guru dengan media bervariasi, metode yang tepat, komunikasi yang dinamis, dan sebagainya.
a.      Macam Macam Motivasi Belajar
Ditinjau dan sudut operasionalnya, motivasi terdini atas beberapa macam bentuk benikut.
1)      Motif
Seorang siswa yang belajar diasumsikan di dalam dirinya ada dorongan untuk memulai, melaksanakan, dan mengatur aktivitasnya. Dorongan tersebut bergantung pada tiap-tiap individu siswa. Dalam hubungan ini, dapat dilihat dan dua macam motif, yaitu (1) motif biogenis; (2) motif sosiogenis.
a)      Motif biogenis
Motif biogenis adalah motif yang berasal dan masalah biologis, yaltu motif yang sifatnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis (physical needs). Kebutuhan biologis ini merupakan kebutuhan yang paling fundamental. Ini berarti bahwa sebelum kebutuhan-kebutuhan lain yang perlu dipenuhi oleh setiap manusia, kebutuhan biologis yang pertama harus dipenuhi. Contoh kebutuhan biologis ini adalah makan, minum, pakaian, dan sebagainya. Khusus untuk memotivasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sekolah harus menyediakan kebutuhan fisik yang cukup memadai, misalnya WC yang bersih, kantin yang sehat, ruang kelas yang sesual dengan ventilasi yang memadai, tempat duduk yang nyaman dan aman, halaman sekolah yang rindang, dan sebagainya.
b)      Motif sosiogenis
Motif sosiogenis adalah motif yang berasal dan segi sosial. Motif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidup seseorang. Guru harus mengetahui adanya motif ini dalam diri setiap siswa, untuk dimanfaatkan dalam pencapalan belajar.
Motif-motif yang termasuk dalam sosiogenis dikelompokkan menjadi:
(1)    motif pencapaian, yaitu motif yang berbentuk keinginan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang;
(2)   motif untuk bergabung, yaitu motif yang berbentuk keinginan untuk bergabung menjadi anggota suatu kelompok
(3)   motif keterlibatan pribadi, yaitu motif yang berbentuk keinginan untuk mendapat perhatian, pengaruh, prestasi, dan sukses.
Motif-motif lain di antaranya berbentuk
(1)   motif kebutuhan rasa aman
(2)   motif kebutuhan akan cinta dan kasih saying
(3)   ;motif kebutuhan harga diri
(4)   motif peningkatan diri.
Motif-motif di atas merupakan motif yang kuat yang dapat berpengaruh terhadap tingkah laku siswa. Guru harus memanfaatkan motif-motif tersebut untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru dapat memanfaatkan motif pencapaian dengan memberikan soal-soal bahasa Indonesia, terutama yang memerlukan pemecahan masalah. Motif untuk bergabung dimanfaatkan dengan cara diskusi kelompok untuk menemukan konsep tertentu. Motif terhadap kebutuhan harga diri, guru bisa memanfaatkannya dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berkompetisi secara sehat. Guru bersifat wajar, menerima, menghargai pendapat siswa, dan menghargai eksistensi siswa secara manusiawi yang merupakan kebutuhan siswa terhadap nasa aman, tenteram, kebutuhan cinta dan kasih sayang, serta kebutuhan harga din.
2)      Minat
Minat memengaruhi proses hasil belajar yang juga berpengaruh terhadap motivasi. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, dia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu sesuai dengan minatnya, ia akan berhasil lebih baik. Minat seseorang teriiadap suatu hal dapat dilihat dan keinginannya untuk mengetahul atau belajar lebih banyak. Oleh karena itu, guru harus mengetahui minat siswa terhadap suatu mata pelajanan dan mengetahui cara menarik perhatian siswa terhadap pelajaran

b.      .Fungsi motivasi
Guru sebagai petugas pendidikan harus menguasai materi pelajaran yang disajikannya, metode penyampaian yang cocok dengan materi, dan mampu mengelola lingkungan belajar. Salah satu hal yang sangat penting adalah membangkitkan dan mengembangkan motivasi siswa untuk belajar. Fungsi motivasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar, antara lain sebagai berikut.
1)      Fungsi penggerak dalam motivasi
Penggerak motivasi belajar untuk siswa dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:
a)      Metode penemuan (Bruner). Metode ini dimaksudkan agar siswa memberi stimulan terhadap dirmnya sendiri sehingga ia melakukan fungsi penggerak motivasinya;
b)      Motivasi kompetensi (Robert White). Motivasi kompetensi menggerakkan tindakan-tindakan, seperti menyelidiki, memerhatikan, berbicara, penalaran, dan memanipulasi;
c)      Belajar terprogram (Bert Kersh). Kelompok belajar secara terbimbing berisi serangkaian pertanyaan dan jawaban, yang disusun secara bertahap sampai pada penyelesaian masalah. Cara belajar seperti ini, menuntut siswa untuk membuat inferensi dan mengingat aturan-aturan tanpa bantuan atau penjelasan dan guru;
d)     prosedur brainstorming (Torrance). Prosedur inl dimaksudkan agar siswa mampu memproduksi ide-ide yang berbobot tinggi, melalui diskusi dan kritik lstilah lain prosedur ini adalah prosedur urun pendapat. Beberapa keuntungan prosedur inl adalah menghasilkan ide-ide lebih banyak dibandingkan dengan cara lain, seperti pengarahan janji, ataupun hadiah

2)      Fungsi harapan
Guru memberi harapan-harapan tersebut untuk menggugah motivasi belajar. Cara-cara yang dapat dilaksanakan untuk memenuhi fungsi harapan ini antara lain:
a)      merumuskan tujuan instruksional sekhusus mungkin. Tujuan-tujuannya spesifik, operasional, dan dapat diamati akan lebih mendorong siswa untuk mencapainya. Dalam hubungan ini telah terkandung harapan-harapan yang diinginkan siswa;
b)      tujuan instruksional hendaknya terbagi atas tiga kategori, yaitu tujuan instruksional yang Iangsung, intermediate, dan jangka panjang. Jauh dekatnya tujuan iristruksional memberikan pengaruh terhadap kepercayaan siswa untuk mencapainya, yang bertalian erat dengan pengerahan energi;
c)      perubahan-perubahan harapan. Harapan adalah produk dari pengalaman masa lampau. Keberhasilan atau kegagalan pada masa lampau merupakan unsur utama untuk meramalkan keberhasilan dan kegagalan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang;
d)     tingkat aspirasi. Tingkat aspirasi dimaksudkan sebagai pembangkit motivasi dengan berpedoman bahwa keberhasilan masa Iampau mengondisi siswa untuk menambah harapan-harapan mereka. Kegagalan masa lampau menyebabkan siswa memperendah harapannya, untuk menjaga agar kegagalan yang sama tidak terulang.

c.       Teknik-Teknik motivasi
Keberhasilan belajar pada dasarnya terletak pada tangan siswa sendiri, dan faktor motivasi belajar memegang peranan penting di dalam menci ptakan efektivitas kegiatan belajar-mengajar. Guru harus memotivasi siswa agar mereka aktif belajar, terlibat, dan berperan serta dalam setiap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, guru harus memikirkan sebaik-baiknya usaha-usaha apa yang patut dilakukan untuk membangkitkan motivasi para siswa yang dikelolanya agar mereka melaksanakan kegiatan belajar secara aktif.
Beberapa teknik atau pendekatan untuk memotivasi siswa agar memiliki gairah dalam belajar, antara lain:
1)      berikan kepada siswa rasa puas untuk keberhasilan Iebih lanjut;
2)      ciptakanlah suasana kelas yang menyenangkan;
3)      aturlah tempat duduk siswa secara bervariasi;
4)      pakailah metode penyampalan yang bervariasi sesuai dengan materi yang disajikan;
5)      kembangkan pengertian para siswa secara wajar;
6)      berikan komentar terhadap pekerjaan siswa

3        PENERAPAN PENDEKATAN QTL UNTUK MENINGAKATKAN MOTIVASI BELAJAR
Banyak factor yang menyebabkan ketidak mampuan siswa dalam menyerap pelajaran yang diberikan guru diantaranya bermula dari proses pembelajaran yang tidak menarik dan membosankan. Sebagai akibarnya siswa menjadi malas dan tidak tertarik terhadap materi yang disampaikan. Oleh karena itu penting bagi guru untuk mengaplikasikan  kegiatan pembelajaran yang menarik kelas misalnya dengan cara menyapa siswa dengan ramah dan semangat, menciptakan suasana rileks, memotivasi siswa, dan menggunakan metode pembelajaran yang variatif.
Beranjak dari hal tersebut, sudah saatnya guru untuk merubah paradigm mengajar  yang  masih  bersifat teacher-centred menjadi stundent-centred yang menyenangkan.  Apa lagi hal tersebut  memang sudah diamanatkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas dan Peraturan Pemerintah No.19 tentang standar pendidikan nasional. Undang-undang No.
pasal 40 ayat 2 berbunyi “guru dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis”. Sementara Peraturan Pemerintah No.19 pasal 19 ayat 1 berbunyi “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,  menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologi siswa”
Sebenarnya sudah banyak literatur yang membahas tentang pembelajaran menyenangkan yang diistilahkan dengan kata PAKEM atau PAIKEM yang dapat digunakan oleh para guru. Demikian pula beberapa pendekatan untuk mendukung PAKEM seperti quantum teaching, kontekstual teaching, dan active learning. Namun masih sedikit para guru yang tertarik untuk menggunakannya. Hal ini mungkin disebabkan keterbatasan waktu bagi guru untuk membaca literature tersebut karena umumnya tebal dan lebih bersifat teoritis. Artikel ini mudah-mudahan dapat menjadi solusi yang dapat digunakan para guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

a.      Pembelajaran Yang Menyenangkan
Istilah pembelajaran mengacu pada dua aktivitas yaitu mengajar dan belajar. Aktivitas mengajar berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar berkaitan dengan siswa. Hal ini seperti yang diungkap oleh Munib Chatib bahwa pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Sementara Achjar Chalil mendefiniskan pembelajaran sebagaiproses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Sedangkan menurut Arief.S Sadiman pembelajaran adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu
Dari ketiga definisi tersebut dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran memuat tiga unsur penting yaitu :
1)      Proses yang direncanakan guru,
2)      Sumber belajar,
3)      dan siswa yang belajar.
Dalam konteks pembelajaran menyenangkan, siswa lebih diarahkan untuk memiliki motivasi tinggi dalam belajar dengan mencipta kan situasi yang  menyenangkan dan mengembirakan.
Menurut Mulyasa, pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan. Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Pembelajaran dikatakan menyenangkan apabila di dalamnya terdapat suasana yang rileks, bebas dari tekanan, aman, menarik, bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta didik tercurah, lingkungan belajar yang menarik, bersemangat, perasaan gembira, konsentrasi tinggi. Sementara sebaliknya pembelajaran menjadi tidak menyenangkan apabila suasana tertekan, perasaan terancam, perasaan menakutkan, merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, malas/tidak berminat, jenuh/bosan, suasana pembelaj aran monoton, pembelajaran tidak menarik siswa.


b.      Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan
Dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain :
1)      Menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat
Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan mempengaruhi proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik, dan memikat, maka proses pembelajaran akan lebih hidup dan menggairahkan.
Oleh karena itu selalu awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada siswa, misalnya “anak-anak senang bertemu kalian hari ini, kalian adalah anak-anak bapak atau/ibu yang hebat”.Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah memantulkan energy positif
yang dapat mempegaruhi semangat para siswa. Kita dapat bayangkan jika seorang guru ketika memulai pembelajaran dengan raut muka ruwet, tidak senyum, penampilan kusut, tentu saja suasana kelas menjadi menegangkan dan menakutkan.
2)      Menciptakan suasana rileks
Ciptakanlah lingkungan yang releks, yaitudengan menciptakan lingkungan yang nyaman. Oleh karena itu aturlah posisi tempat duduk secara berkala sesuai keinginan siswa. Bisa memakai format U, lingkaran, Cevron, dan lain-lain. Selain itu, ciptakanlah suasana kelas dimana siswa
tidak takut melakukan kesalahan. Untuk menanamkan keberanian kepada siswa dalam mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan, katakana kepada siswa jika jawabannya salah katakan“KAN LAGI BELAJAR”. Karena sedang belajar, maka kesalahan adalah suatu yang lumrah dan tidak berdosa.
3)      Memotivasi siswa
Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan, dan umpan balik/penguatan. Adanya dorongan dalam diri individu untuk belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja karena rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang menarik memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik yang akan belajar. Respon yang baik tersebut, akan berubah menjadi sebuah motivasi yang tumbuh dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong untuk mengikuti proses pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias.
Apabila dalam diri peserta didik telah tumbuh respon, hingga termotivasi untuk belajar, maka tujuan belajar akan lebih mudah dicapai. Peserta didik yang antusias dalam proses pembelajaran memiliki kecenderungan berhasil lebih besar dibanding mereka yang mengikuti proses dengan terpaksa atau asal-asalan.
Kebanyakan pendidik mengajar hanya untuk mengejar target tanpa memperdulikan pemahaman peserta didik. Padahal belajar adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang memerlukan adanya motivasi untuk mencapai tujuan. Semakin tinggi motivasi yang didapat siswa maka semakin tinggi pula keberhasilan yang akan dicapai.
Banyak cara dalam memberikan motivasi kepada siswa antara lain dengan membuat yel-yel berupa kata-kata afirmasi seperti dialog dibawah ini:
Guru : Apa Kabar ?
Siswa : Kabar baik !
Guru : Apakah kalian suka belajar ?
Siswa : ya kami suka !
Guru : seberapa suka ?
Siswa : sangat suka !
Guru : untuk apa kalian belajar ?
Siswa : agar pintar !
Guru : seberapa pintar ?
Siswa : sangat pintar !
Guru dapatmembuat kata-kata afirmasi sendiri yang disesuaikan dengan harapan yang dinginkan dari kata-kata tersebut. Misalnya guru ingin agar siswa memperlakukan guru dengan hormat dapat membiasakan kalimat ini bagi siswa :
Guru : apakah kalian murid yang baik ?
Siswa : ya kami murid yang baik !
Guru : bagaimana kalian memperlakukan guru ?
Siswa : dengan hormat
Guru : seberapa hormat ?
Siswa : sangat hormat !
Kata-kata afirmasi tersebut dapat digunakan pada awal pemebelajaran, pertengahan, dan penutupan. Dan digunakan secara berulang-ulang sehingga kata-kata tersebut menghujam ke hatinya sehingga melahirkan sikap yang positif sesuai dengan kata-kata afirmasi itu sendiri.
4)      Menggunakan ice breaking
Dalam pelajaran terkadang kita melihat timbulnya suasana yang kurang mendukung hingga menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembelajaran. Suasana yang dimaksud adalah kaku, dingin, atau beku sehingga pembelajaran saat itu menjadi kurang nyaman.
Icebreaking berguna untuk menaikkan kembali derajat perhatian peserta pelatihan (training). Hal ini perlu dilakukan oleh guru karena berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu focus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat memusatkan perhatian (focus). Seorang guru harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa siswa sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan melakukan ice breaking agar siswa menjadi segar dan konsentrasi kembali. Ice breaking bisa berupa yel-yel, tepuk tangan, menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota badan, dan games.
5)      Menggunakan metode yang variatif
Individu adalah makhluk yang unik memiliki kecenderungan, kecerdasan, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Paling tidak ada 4 gaya belajar siswa seperti yang diungkapkan Howard Gardner yaitu Auditory, Visual, Reading dan Kinesthetic.Guru perlu menyadari bahwa siswa dalam satu kelas memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk mengakomodir semua siswa belajar dengan latar belakang yang berbeda tersebut guru dapat menggunakan metode yang bervariasi. metode praktis yang dapat diterapkanantara lain:
a)      Every one is a teacher here
Dalam metode ini setiap siswa sebagai guru. Setiap siswa menuliskan sebuah pertanyaan pada selembar kertas tentang materi pokok yang telah atau sedang dipelajari. Pertanyaan tersebut dikumpulkan dan diacak kemudian dibagikan kembali kepada siswa. Diupayakan kertas yang dikembalikan tersebut tidak kembali kepada yang membuat pertanyaan semula. Kemudian siswa diminta untuk membacakan pertanyaan yang ada padanya dan menjawabnya sesuai dengan kemampuannya selanjutnya diberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk menambahkan jawabannya.
b)      The Power of two and four
Guru menetapkan satu masalah atau pertanyaan terkait dengan materi yang telah atau  sedang dipelejari. Setiap siswa diminta memikirkan jawabannya masing-masing kemudian mencaripasangan untuk mendiskusikannya. Setelah berdiskusi dengan pasangannya masing-masing, siswa diminta untuk membuat kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok kembali mendiskusikan persoalan yang sama.
c)      Card sort
Dalam metode ini, guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok yang telah atau  sedang dipelajari. Isi kartu terdiri dari kartu induk (topic utama) dan kartu rincian. Seluruh kartu diacak kemudian dibagikan kepada setiap siswa. Perintahkan kepada siswa untuk bergerak mencari kartu induknya. Setelah ketemu kartu induknya, siswa secara otomatis akan membuat kelompok sesuai dengan topic atau kartu induknya dan menyusun rincian sesuai dengan urutannya masing -masing. Guru kemudian mengecek apakah ada siswa yang salah masuk kelompok atau salah dalam mengurutkan rinciannya.
d)     Reading aloud
Guru memilih sebuah teks yang menarik sesuai dengan topic pembelajaran yang dibagi dalam potongan-potongan kertas untuk dibaca dengan keras oleh siswasecara bergantian. Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan poin-poin tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan contoh-contoh. Guru dapat membuat diskusi-diskusi singkat jika para siswa menunjukan minat dalam bagian tertentu.
4        HIPOTESIS
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih perlu diuji kebenarannya. Berdasarkan teori pembelajaran dan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada latar belakang penelitian sebelumnya, peneliti dapat menyusun hipotesis tindakan sebagai berikut: “Jika pembelajaran menggunakan pendekatan Quantum Teaching Learning maka Motivasi Belajar Siswa PAI pada materi Aqidah Akhlaq Siswa kelas x SMK Zainul Hasan Balung Jember dapat di tingkatkan”.


C.    METODE PENELITIAN
penelitian tindakan kelas (PTK)merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. PTKmempunyai tujuan yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional guru sebagai pendidik dalam menangani proses pembelajaran di kelas. Sehingga PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Implementasi dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna.
PTK mempunyai karakteristik penting, yaitu bahwa permasalahan yang
diangkat adalah permasalahan yang dihadapi oleh guru pada waktu proses pembelajaran di dalam kelas. PTK bisa dilaksanakan apabila seorang pendidik sejak awal menyadari dan mengetahui adanya persoalan yang terkait dengan proses pembelajaran yang dihadapi di kelas.
1        SETTING PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Informatika Zainul Hasan Balung Jember pada tahun ajaran 2015/2016, tepatnya pada bulan Mei 2016
2        SASARAN TINDAKAN
Sasaran pada penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan seluruh siswa PAI kelas X SMK Zainul Hasan Balung Jember
3        RENCANA TINDAKAN
a.       Desain PTK
Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Desain penelitian ini mengacu pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart
Pada penelitian tindakan kelas(PTK) menggunakan 2 siklus. Penelitian ini merujuk dari apa yangdisyaratkan untuk penelitian tindakan kelas yaitu penelitian dilakukansekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan. Pada penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan 2 siklus namun jika belum memenuhi kriteria keberhasilan maka diperlukan 1 siklus lagi sampai terpenuhi kriteria keberhasilan tersebut. Hal ini bertujuan agar terjadi adanya perbaikan pada siklus kedua. Informasi dari sklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus berikutnya, oleh karena itu siklus kedua, ketiga dan seterusnya tidak dapat dirancang sebelum siklus pertama terjadi. Hasil refleksi pada siklus terdahulu, dugunakan sebagai acuan dalam menyusun siklus-siklus selanjutnya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa siklus kedua dan seterusnya merupakan perbaikan dari siklus pertama.
Pada setiap pelaksanaan penelitian, desain sangat dibutuhkan agar penelitian tetap berada pada apa yang direncanakan dan lebih matang. Berikut adalah desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini.

Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Pada bagian awal yaitu identifikasi masalah, permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dalam pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan cara menghafal dan bukan dalam proses inkuiri. Dalam diskusi dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri siswa, apakah dengan mengubah kurikulum atau mengubah cara bertanya kepada siswa?
Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan diputuskan untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri.
Pada kotak tindakan (action), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati.
Pada kotak pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang telah mereka sediakan.
Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketak menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.
Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.



b.      Rencana Tindakan Penelitian
Model penelitian Kemmis dan Mc Tagrat ini mempunya beberapa siklus dalam tiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan dan pengamatan, dan Refleksi. Apabila siklus I telah dilaksanakan, berdasarkan refleksi masih terdapat kekurangan, maka dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I dapat digunakan sebagai masukan atau saran untuk membuat perencanaan pada siklus II. Secara rinci kegiatan pada masing-masing siklus diuraikan sebagai berikut.
Tabel
Rencana Pelaksanaan PTK
Siklus ke
Kegiatan
1
A.    Pertemuan Pertama
1.      Perencanaan
a.       Merencanakan pembelajaran yang akan di terapkan dalam proses pembelajaran
b.      Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang dibutuhkan
c.       Menerapkan standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar sesuai dengan silabus yaitu pada mata pelajaran PAI kelas X  semester II.
SK : Membiasakan akhlaq terpuji
KD: Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu
d.      Menentukan scenario atau strategi pembelajaran yang akan digunakan. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan strategi pembelajaran PAIKEM
e.       Menyusun lembar observasi


2.      Tindakan Kelas
Tindakan yang dilakukan merupakan pelaksanaan perencanaan tindakan I. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan Quantum Teaching Learnng, adapun metodenya menggunakan metode ceramah dan disertai dengan metode yang lain, yang sesua dengan strategi PAIKEM. Jika diuraikan kegiatan tindakan kealas ini diantaranya
a.       Guru memberi salam kepada peserta didik, dan berkenan untuk saling berkenalan antara guru dengan peserta didik
b.      Guru memulai menyampaikan materi yang ingin di capai sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
c.       Setelah guru menyampaikanmateri dengan menggunakan metode ceramah, guru merubah metodenya dengan berbagai macam metode yang sekiranya tidak membuat peserta didik bosan
d.      Guru bisa membagi kelompok dalam kelas, dan berdiskusi antar siswa dengan guru atau siswa dengan siswa, sesuai dengan strategi yang digunakan.
e.       Setelah lama kemudian atau saat-saat akhir waktu, guru memberi sesi pertanyaan kepada peserta didik, diharapkan agar peserta didik yang belum mengerti dengan materi bisa di tanyakan langsung kepada guru
f.       Setelah semua pertanyaan selesai dijawab, guru memberi kesimpulan

3.      Pengamatan
a.       Melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan untuk mengumpulkan data
b.      Mencatat permasalahan-permasalahan apa saja yang didapat ketika kegiatan pembelajaran berlangsung contoh :
1)      rata-rata peserta didik ditak fokus perhatian kepada guru
2)      rata-rata peserta didik banyak yang bergurau
3)      tidak faham dengan materi
4)      dl

4.      Refleksi
a.       Melakuan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
b.      Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya
2
A.    Pertemuan ke dua
1.      Perencanaan
a.       Identifikasi masalah yang ada pada siklus pertama, dan penetapan alternatif pemecahan masalah
b.      Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang dibutuhkan sesuai dengan strategi yang akan digunakan
c.       Melanjutkan kompetensi dasar dan standar kompetensi sesuai dengan silabus pada pertemuan kedua ini kompetensi dasarnya menjelaskan tentang menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu atau menerima tamu
d.      Menentukan model atau strategi yang akan di pakai, jika model atau strategi yang digunakan pada siklus pertama tidak efektif makan pada siklus ke dua ini model dan strateginya harus diganti sesuai dengan kebutuhan peserta didik
e.       Menyusun lembar observasi

2.      Tindakan Kelas
Pada tahap ini sama halnya dengan tahap pertama mengenai tindakan kelas, akan tetapi perbedaannya pada saat penggunaan model atau strategi yang akan digunakan,

3.      Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini juga sama dengan tahap pengamatan pada siklus pertama, akan tetapi perbedaannya ada kemajuan dalam proses pembelajaran, jadi dalam hal ini mengurangi hal hal yang tidak aktif dalam hal pembelajaran
Contoh, jika pada siklus pertama terdapat 10 permasalahan, dan pada siklus kedua ini angka permasalahan menjadi berkurang,
Itu berarti ada kemajuan terhadap kita, dan kita harus tetap memperbaiki kesalahan kesalahan kita yang ada pada silus ke 2, kita catat untuk perbaikan pada siklus ke 3

4.      Refleksi
a.       Melakukan evalusai tindakan yang telah dilakukan
b.      Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuatu hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya
3
A.    Pertemuan ke Tiga
1.      Perencanaan
a.       Identifikasi masalah yang ada pada siklus kedua, dan penetapan alternatif pemecahan masalah
b.      Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang dibutuhkan sesuai dengan strategi yang akan digunakan
c.       Melanjutkan kompetensi dasar dan standar kompetensi sesuai dengan silabus pada pertemuan ketiga ini kompetensi dasarnya Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari
d.      Menentukan model atau strategi yang akan di pakai, jika model atau strategi yang digunakan pada siklus kedua tidak efektif makan pada siklus ke tiga ini model dan strateginya harus diganti sesuai dengan kebutuhan peserta didik
e.       Menyusun lembar observasi

2.      Tindakan Kelas
Pada tahap ini sama halnya dengan tahap pertama atau yang keda, akan tetapi perbedaannya pada saat penggunaan model atau strategi yang akan digunakan,



3.      Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini juga sama dengan tahap pengamatan pada siklus pertama dan kedua, akan tetapi perbedaannya ada kemajuan dalam proses pembelajaran, jadi dalam hal ini mengurangi hal hal yang tidak efektif dalam hal pembelajaran
Contoh, jika pada siklus pertama dan kedua terdapat 10 permasalahan, dan pada siklus ketiga ini angka permasalahan harus menjadi berkurang, Itu berarti ada kemajuan terhadap pembelajaran kita

4.      Refleksi
a.       Melakukan evalusai tindakan yang telah dilakukan

4        DATA DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar mata pelajaran PAI dan siswa kelas X. Teknik Penelitian ini yang diamati adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran quantum teaching. Sumber data motivasi dan prestasi belajar adalah siswa. Sumber data pelaksanaan metode pembelajaran quantum teaching adalah guru dan siswa

a.       Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah .suatu alat ntuk mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan . Menurut Suharsimi Arikunto  instrumen penelitian dapat diartikan sebagai alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga data yang diperoleh mudah untuk diolah. Instrumen penelitian biasanya dipakai oleh peneliti untuk menanyakan atau mengamati responden, sehingga diperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Menurut Riduwan jumlah instrumen yang digunakan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1)      Metode Observasi
Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung. Observasi dilakukan dengan melihat, mengamati sendiri dan mencatat prilaku siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Saat melakukan pengamatan, peneliti bertugas sebagai observer yang bertugas mengamati aktivitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran, dan dibantu oleh 1 orang observer lainnya. Pengamatan dilakukan dengan bantuan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan metode quantum teaching oleh guru.
2)      Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh, memberikan gambaran secara konkrit mengenai kegiatan siswa pada saat pembelajaran. Dokumen yang digunakan tes hasil belajar berupa soal pretest dan postest, LKS, daftar kelompok siswa, dan daftar nilai siswa.
3)      Angket
Angket digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh berdasarkan lembar observasi serta catatan lapangan terutama mengenai motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran gambar teknik dengan menggunakan metode pembelajaran quantum teaching. Pengukuran angket motivasi belajar menggunakan skala linkert, yang terdiri dari empat macam pilihan yaitu : Selalu = SL, Sering = SR, Jarang = JR, Tidak Pernah = TP


4)      Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru untuk menanyakan pendapat mereka mengenai proses pembelajaran yang diterapkan dan untuk mengetahui hal-hal yang kurang bisa diamati pada saat observasi. Pertanyaan yang akan diajukan, disusun dengan pedoman wawancara agar kegiatan wawancara focus kepada aspek yang diteliti
5)      Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh dari hasil observasi, skala motivasi, dan wawancara. Dokumen yang digunakan berupa daftar kelompok, daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan secara konkret mengenai kegiatan kelompok siswa juga digunakan dokumentasi foto.

5        ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi, data hasil skala, hasil wawancara. Data-data tersebut dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan, kemudian dikembangkan selama proses refleksi sampai penyusunan laporan. Data hasil observasi diurai untuk menggambarkan hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran dan upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Keabsahan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara triangulasi data yaitu mencocokkan data yang satu dengan data yang lain.
Data hasil skala dalam pembelajaran PAI saat kegiatan pembelajaran berkenaan dengan aspek motivasi dianalisis dengan data yang lain.
a.       Masing-masing butir pernyataan pada skala dikelompokkan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati.
b.      Menurut pedoman penskoran skala yang telah dibuat, kemudian dihitung jumlah skor setiap butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati.
c.       Jumlah skor yang diperoleh pada setiap aspek selanjutnya dicari berapa besar presentasenya dan dikategorikan sesuai dengan kategori hasil persentase skor pada skala motivasi belajar ilmu gizi siswa.
d.      Menentukan rata-rata persentase dari aspek yang diamati dan kemudian dikategorikan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan untuk

6        INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah meningkatnya motivasi belajar siswa yang dilihat dari hasil angket pada siklus satu ke siklus selanjutnya. Selain itu dilihat dari meningkatnya rata-rata persentase motivasi belajar PAI siswa dari siklus satu ke siklus selanjutnya dan telah mencapai kategori tinggi.


DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Muzayyin Arifin, M. (2011). KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Drs. KH. M. Ladzi Safroni, M. (2013). Al-GHAZALI BERBICARA TENTANG PENDIDIKAN ISLAM. Malang: Aditya Media Publishing
 Prof. H. Muzayyin Arifin, M. (2011). KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arina Restiana, S. M. (2015). PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Malang: UMM Press.
Deporter, B., Reardon, M., & Singer, S. N. (1999). Quantum Teaching : Orchestrating Student Success. (A. Nilandari, Trans.) Boston: Allyn and Bacon.



[1] Prof. H. Muzayyin Arifin, M. (2011). KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara.

[2] Drs. KH. M. Ladzi Safroni, M. (2013). Al-GHAZALI BERBICARA TENTANG PENDIDIKAN ISLAM. Malang: Aditya Media Publishing. Hlm 79.

[3] Prof. H. Muzayyin Arifin, M. (2011). KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara. hlm 4.

[4] Ibid. hlm 7.

[5] Arina Restiana, S. M. (2015). PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Malang: UMM Press. hlm 15..

5 komentar:

  1. trimakasih gan sudah berbagi ilmu sangat bermanfaat sekali
    thank's buat artikelnya,,

    BalasHapus
  2. Bisakah kami minta soft copynya. pak

    BalasHapus
  3. Casino 2021 | A Step-by-Step Guide with Exclusive Bonuses
    Casino bonus and promotions come directly from 포커 게임 다운 the casino's sportsbook, and the site is m w88 easy to navigate 벳 인포 해외 배당 흐름 and a lot 다파벳 of the fun 바인드토토 is available.

    BalasHapus
  4. The Star Casino opens at Encore Boston Harbor, and more
    The Star Casino 영주 출장샵 will open at 10 a.m. 충청북도 출장샵 to 3 p.m. on 성남 출장샵 Thursday, May 14, at 1 p.m. ET. The venue will be 시흥 출장안마 on the Boardwalk or at 구리 출장샵 the Boston Harbor

    BalasHapus