PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
PENGGUNAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM
TEACHING LEARNING (QTL) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PAI
PADA MATERI AQIDAH AKHLAQ SISWA KELAS X SMK ZAINUL HASAN BALUNG-JEMBER
2015-2016
Proposal ini di ajukan untuk memenuhi tugas
matakuliah PTK semester VI
Dosen pembimbing
Dr. MOH. SUTOMO, M.Pd.
Oleh:
ABDUL WAFI
NIM. 201344011774
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
AL-FALAH AS-SUNNIYYAH (STAIFAS) KENCONG – JEMBER
APRIL 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian
Tindakan Kelas
PENGGUNAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
LEARNING (QTL) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PAI PADA MATERI
AQIDAH AKHLAQ SISWA KELAS X SMK ZAINUL HASAN BALUNG-JEMBER 2015-2016
disahkan untuk
dilakukan penelitian
TANGGAL 27 APRIL 2016
DOSEN PEMBINA MATAKULIAH
Dr. MOH. SUTOMO, M.Pd
Kencong, 20 April 2016
Menyetujui,
Dosen Mata Kuliah PTK
Dr. MOH. SUTOMO, M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT
atas rahmatnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan laporan
penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penggunaan Pendekatan
Pembelajaran Quantum Teaching Learning (Qtl) Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pai Pada Materi Aqidah Akhlaq Siswa Kelas X Smk Zainul Hasan
Balung-Jember 2015-2016 “ Laporan
hasil penelitian tidak akan terselesaikan tanpa bantuan sahabat-sahabat yang
telah memberikan masukan-masukan yang berarti. Ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kami sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. MOH. SUTOMO, M.Pd, selaku Dosen pembimbing di
kampus STAIFAS yang telah memberikan ijin dan memotivasi kami untuk melakukan
kegiatan penelitian.
2. Ibu
Naily
Dinul Qoyyimah, S.Pd selaku
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Balung Jember yang telah memberi izin untuk
belajar mempraktekan PTK di lembaganya
Kami sangat menyadari bahwa
penelitian ini masih banyak kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat penting dalam menyempurnakan hasil penelitian
ini. Demikian pengantar singkat dari kami, atas perhatian dan kerjasama yang
baik diucapkan terima kasih.
Jember,
20 April 2016
Peneliti
Abdul Wafi
DAFTAR ISI
halaman
COVER ..................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
A. PEMBAHASAN ....................................................................... 1
1
LATAR BELAKANG ....................................................... 1
2
RUMUSAN MASALAH ................................................... 7
3
TUJUAN PENELITIAN .................................................... 8
4
MANFAAT PENELITIAN................................................. 8
B. KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 3
1.
QUANTUM TEACHING
LEARNING.............................. 9
a.
Definisi Quantum
Teaching Learning............................. 10
b.
Asas Utama Quantum
Teaching Learning...................... 10
c.
Prinsip Quantum
Teaching Learning............................... 11
d.
Model Quantum
Teaching............................................... 12
e.
Kerangka Belajar
Quantum Teaching............................. 13
f.
Strategi Quantum
Teaching............................................. 14
2.
MOTIVASI BELAJAR........................................................ 16
a.
Macam Macam Motivasi
Belajar..................................... 16
b.
Fungsi Motivasi............................................................... 19
c.
Teknik Teknik
Motivasi................................................... 20
3. PENERAPAN PENDEKATAN QTL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR............................................................................. 21
a.
Pembelajaran Yang
Menyenangkan................................ 22
b.
Menciptakan
Pembelajaran Yang Menyenangkan.......... 24
4.
HIPOTESIS.......................................................................... 28
C. METODE PENELITIAN .......................................................... 30
1.
SETTING PENELITIAN..................................................... 30
2.
SASARAN PENELITIAN.................................................. 30
3.
RENCANA TINDAKAN.................................................... 30
a.
Desain PTK..................................................................... 30
b.
Rencana Tindakan
Penelitian.......................................... 33
4.
DATA DAN TEKNIK
PENGUMPULAN DATA............. 38
a.
Instrumen Penelitian........................................................ 38
5.
ANALISIS DATA............................................................... 40
6. INDIKATOR KEBERHASILAN....................................... 40
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 42
A.
PEMBAHASAN
1
LATAR BELAKANG
Agama islam yang di wahyukan kepada Rasulullah
Muhammad saw. Mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi
rahmat bagi sekalian alam. Dalam aga islam terkandung suatu potensi yang
mengacu kedua fenomena yaitu :
a. Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi pribadi yang
berkualitas baik dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk makhluk lainnya
b. Potensi pengembangan
kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta
responsive terhadap lingkungan sekitarnya.
Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi
tersebut diatas diperlukan ikhtiar kependidikan yang sistematis berencana
berdasarkan pendekatan dan wawasan yang interdisipliner. Karena manusia semakin
terlibat kedalam proses perkembangan social itu sendiri menunjukkan adanya
interelasi dan interaksi dari berbagai fungsi.
Agama islam yang membawa nilai-nilai dan norma-norma
kewahyuan bagi kepentingan hidup manusia di atas bumi, baru actual dan
fungsional bila diinternalisasikan kedalam pribadi melalui proses kependidikan
yang konsisten, terarah kepada tujuan.
Karena itu proses kependidikan memerlukan konsep
konsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji
dan praksisasi di lapangan operasional. Bangunan teoritis kependidikan islam
itu akan berdiri tegak diatas fondasi pandangan dasar (filosofi) yang telah
digariskan oleh tuhan dalam kitab suci.[1]
Ahmad marimba
mendefinisikan pendidikan sebagai “suatu bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh guru terhadap perkembangan jasmani atau rohani murid menuju
terbentuknya kepribadian yang utama”. Dari pengertian ini terdapat beberapa
unsure yaitu: usaha, guru, murid, dasar dan tujuan
Adapun unsure-unsur pembentuk pengertian pendidikan
dari al-Ghazali dapat dilihat dalam pernyataan sebagai berikut
“Sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan
diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, menghubungkan diri dengan ketinggian
malaikat dan berhampiran dengan malaikat tinggi “ (Al-Ghazali, Juz I, tt: 13).
“... Dan ini sesungguhnya adalah dengan ilmu
yang berkembang melalui pengajaran dan bukan ilmu yang beku yang tidak
berkembang” (Al-Ghazali Juz U, tt: 11).
Dari pengertian tersebut di atas al-Ghazali
menyebutkan, kata “hasil” hal ini memberikan pengertian terjadinya proses, kata
“mendekatkan diri kepada Allah” menunjukkan tujuan, dan kata “ilmu” menujukkan
alat, sedangkan pada pernyataan al-Ghazali yang kedua merupakan penjelasan
mengenai alat, yakni disampaikannya dalam bentuk pengajaran.
Sedangkan penjelasan tentang bagaimana
pengajaran itu berlangsung al-Ghazali menjelaskan bahwa pengajaran dan
pendidikan dapat dilaksanakan secara bertahap, disesuaikan dengan perkembangan
anak, baik secara fisik atau psikisnya. Orang tua bertanggung jawab atas pendidikan
anak, minimalnya hingga umur 16 tahun. Selanjutnya pembentukan pribadi anak
menjadi tanggung jawab dari anak itu sendiri dan masyarakat secana luas.
Dengan demikian menurut penulis dapat
dirumuskan bahwa pendidikan menurut al-Ghazali adalah “Proses memanusiakan
manusia sejak kecil sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan
yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses
pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju
pendidikan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna”. [2]
Bila pendidikan Islam telah menjadi ilmu yang
ilmiah dan amaliah, maka ia akan dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan
manusia yang benafaskan Islam yang lebih efektif dan efisien. Kita mengetahui
dan mengakui bahwa sejak Islam diartikulasikan melalui dakwahnya dalam
masyarakat sampai kini, proses kependidikan Islam yang telah mengacu dalam
masyarakat yang beraneka ragam kultur dan struktur. Selama itu pula jasa-jasanya
telah tampak mewamai sikap dan kepribadian manusia yang tersentuh oleb
dampak-dampak positif dari proses keberlangsungannya.
Namun akhir-akhir ini akibat timbulnya
perubahan sosial di berbagai sektor kehidupan umat manusia, beserta
nilai-nilainya ikut mengalami pergeseran yang belum mapan. Pendidikan Islam
seperti yang dikehendak iumat Islam, harus mengubah strategi dan taktik
operasional. Strategi dan taktik itu tak pelak lagi menuntut perombakan
model-model sanipai dengan intitusi-institusi-nya sehingga lebih efektif dan
efisien, dalam artian pedagogis, sosiologis, dan kultural.
Bila diibaratkan seorang pemimpin, ilmu
pendidikan Islam dalam mengamati dinamika masyarakat yang seringkali
menggejalakan perubahan sosiokultural dalam proses pertumbuhan-nya, harus
meneliti esensi dan implikasi-implikasi di belakang perubahan itu dalam rangka
menemukan sumber sebabnya. Dari sanalah pendidikan Islam mengadakan
modifikasi-modifikasi terhadap strategi dan taktik yang inovatif terhadap
program pembelajarannya, sehingga kondusif terhadap aspirasi masyarakat. [3]
Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada
tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa
permulaan penyebaran Islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan
idealitas umat manusia yang serba multiinteres yang berdimensi nilai ganda
dengan tuntutan hidup yang multikompleks pula. Tugas pendidikan Islam dalam
proses pencapaian tujuannya tidak lagi menghadapi problema kehidupan yang
simplisistis, melainkan sangat kompleks. Akibat pernintaan yang bertambah (rising
demand) manusia semakin kompleks pula, hidup kejiwaannya semakin tidak
mudah jiwa manusia itu diberi napas agama.
Bagaikan obat pahit yang menyembuhkan, namun
banyak orang yang tidak mau menelannya. Karena itu diperlukan sistem dan metode
yang menarik. Orientasi pendidikan Islam dalam zaman teknologi masa depan perlu
diubah pula. Semula beronientasi kepada kehidupan ukhrawi menjadi
duniawi-ukhrawi bersamaan. Orientasi ini menghendaki suatu rumusan tujuan
pendidikan yang jelas, karena itu program pembelajarannya harus lebih
diproyeksikan ke masa depan daripada masa kini atau masa lampau. Meskipun masa
lampau dan kini tetap dijadikan khazanah kekayaan empiris yang amat berharga
bagi batu loncatan ke depan, sehingga nostalgia kembali pada masa keemasan
dunia Islam di lampau (abad ke-7--14) tidak perlu lagi mengobsesi pemikiran
kita. [4]
Selain dari itu banyak sekali
permasalahan-permasalahan pada pendidikan hususnya pada tahap keberlangsungan
proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam problema
yang dapat menghambat proses belajar-mengajar baik bagi pendidik maupun peserta
didik. Dengan adanya hambatan dalam proses belajar-mengajar tersebut, tentu
dalam proses pengajaran tidak akan mampu mencapai tujuan yang ditargetkan. Oleh
karenanya, hendaknya sebagai calon pendidik mampu memahami hal-hal yang
dibutuhkan dalam dunia pendidikan agar mampu selaras dan akhimya mencapai
tujuan yang ditargetkan, yakni peserta didik mampu menguasai materi yang telah
disampaikan oleh pendidik.
Salah satu problema yang terjadi dalam dunia
pendidikan adalah problema dan segi psikologis antara pendidik dan peserta
didiknya. Keselarasan psikologis dan saling memahami atau connecting antara
pendidik juga peserta didik sangat memengaruhi hasil dan pembelajaran. Karena
sebagai seorang pendidik, jika mampu mengapreasiasikan materi yang disampaikan
dengan cara yang menarik sehingga mampu menarik dan memotivasi minat peserta
didiknya, pasti tujuan pembelajaran akan lebih efektif dan sesuai dengan terget
yang diinginkan. Sebaliknya, jika antara pendidik juga peserta didik tidak
saling memahami dan unconneted antara satu dengan lainnya, maka tujuan
pendidikan tidak akan tercapai. [5]
Seharusnya proses pembelajaran harus berjalan
dengan baik. Bahan ajar yang dipelajari oleh murid dapat di mengerti serta
dapat diterapkan dalam pola pikir mereka dengan bertumpu pada pemikirari yang
positif, sering kali ada kata-kata yang selalu menyebutkan mastery learning
yaitu, belajar tuntas artinya penguasaan penuh terhadap hal semua materi
pembelajaran yang di sampaikan oleh guru di mengerti singkat,padat,jelas sehinga
dapat di pahami
Akan tetapi berbeda ketika berada dengan
aplikasinya, proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan pengembangan pola
fikir mengenai cara berfikir manusia yang positif, cara berfikir untuk
melakukan sesuatu pembelajaran yang menurut mereka sulit ditangkap dan mengerti
membuat anak malas untuk berfikir serta membuat mereka acuh tak acuh terhadap
pembelajaran yang diberikan guru mereka,Hal ini banyak di karenakan dalam suatu
sistem pembelajaran yang lebih menekan pada penguasaan kemampuan intelektualnya
serta proses belajar terpusat pada guru saja di kelas,sehingga keberadaan
peserta didik dikelas hanya menunggu uraian guru,kemudian mencatat menghafalnya
saja,tanpa ada aktifitas lainnya yang bisa membuat murid semangat untuk
menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru tersebut.
Dalam fenomena pembelajaran sepeti ini , tentu
saja menciptakan suasana kelas yang statis, monoton dan membosankan, bahkan
yang memprihatinkan akan mematikan aktifitas dan kreatifitas siswa didik dalam
kelas model pembelajaran seperti yang di jelaskan di atas dimana peseta didik
di beri berbagai pengetahuan dan informasi oleh guru dengan mengabaikan
aktifitas dan kreatifitas peseta didik di kelas,peserta didik diposisikan
sebagai obyek penampung untuk mendengarkan kata-kata guru tanpa ada satupun
mereka mengerti akan kata-kata yang disampaikan oleh guru sehingga anak tidak
akan mendapatkan manfaat dan pembelajaran tersebut.
Dalam Pembelajaran tidak terlepas dari suatu
pendekatan yang di gunakan untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran serta
yang di sampaikan oleh guru kepada peserta didik dapat membawa hash yang
baik,sedangkan dalam menyampaikan materi tidak hanya materi tetapi praktek
melalui percobaan langsung atau tidak langsung dapat menggunakan alat-alat yang
di anggap seperti nyata.
Beberapa peserta didik lebih mudah menerima
keterangan yang di berikan oleh temannya karena tidak adanya rasa enggan atau
malu untuk bertanya di bandingkan harus bertanya kepada guru, melalui
pendekatan Quantum Teacging Learning (QTL) proses pembelajaran akan berubah
menjadi proses belajar yang meriah dengan segala nuansa dan kaitannya.
Quantun Teaching Learning (QTL) Merupakan salah
satu model pembelajaran yang digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi peserta didik. Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan
proses pembelajaran menjadi efektif, sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Motivasi diperlukan untuk menunjang proses
belajar siswa. Kegunaannya agar siswa lebih semangat dalam belajar. Intinya,
peran motivasi sebagai sumber energi psikologis bagi siswa. Menurut Sri Rumini
dkk motivasi merupakan keadaan atau kondisi pribadi pada siswa yang
mendorongnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dengan tujuan untuk
mencapai apa yang menjadi tujuan siswa yang bersangkutan.
Motivasi yang besar dalam seseorang dapat
diukur dari bagaimana ia terus berusaha keras, tekun serta tidak mudah putus
asa walau dihadang berbagai hambatan serta kesulitan dalam belajar. Seseorang
dengan motivasi yang tinggi tidak akan pemah menyerah sebelum mendapatkan apa
yang diinginkan.
Dalam hal ini kaitannya dengan proses
pembelajaran adalah diharapkan seorang pendidik harus mampu menumbuh kembangkan
motivasi anak didiknya. Karena dengan adanya motivasi yang tinggi, seolah-olah
hal itu merupakan asupan energi positif bagi anak didik. Maka dengan menjaga
asupan energi positif itu, anak didik akan terlecut untuk terus berpacu dalam
belajar.
2
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah di
paparkan diatas maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah
Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Quantum Teaching Learning (QTL)
Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pai Pada Materi Aqidah Akhlaq Siswa
Kelas X Smk Zainul Hasan Balung-Jember 2015-2016 ?”
3
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan ada upaya guru pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan semangat belajar melalui pendekatan Quantum Teaching Learning di
sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Balung Jember
4
MANFAAT
PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini terbagi
menjaditiga bagian, diantaranya
Bagi Siswa penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan motivasi atau minat belajar yang tinggi, sehingga siswa akan lebih
mudah dalam mempelajari materi pelajaran agama islam dan mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Guru penelitian ini diharapkan sebagai
motivasi dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas penggunaan strategi
pembelajaran kemampuan berfikir sehingga hasil yang di peroleh benar benar
berdampak secara keseluruhan terhadap peserta didik
Bagi Lembaga penelitian ini diharapkan memberi
kontribusi positif dalam menentukan berbagai kebijakan khusus dalam hal
peningkatan mutu kegiatan belajar.
B.
KAJIAN
PUSTAKA
1
QUANTUM
TEACHING LEARNING (QTL)
Bayangkanlah sejenak tempat Kita
mengajar—kelas. ruang kuliah, ruing olahraga—tempat murid-murid Kita bdajar. Dengarkan dengungan para siawa
yang tertarik dan memperhankan Kita.
perhatikan tangan-tangan teracung dengan
antusias, tubuh-tubuh condong kedepan
penuh rasa ingin tahu. dan gemuruh suk ria
perayaan. Rasakanlah keriangan berbagi wawasan dan kehangatan saling tukar pikiran yang
menyemangati. Lihadah ke sekeleiling
tempat Kita yang mcnggemakan
pembelajaran dan penjelajahan. Tataplah mata siswa siswi Kita. Rasakanlah pengaruh yang Kita miliki di
dalam kehidupan mereka.
Gambaran diatas mungkin sesuai dengan kclas
Kita sekarang. Atau. mungkin. Gambaran tersebut hanyalah sebentuk impian.
Terlepas dari keefektifan mengalar Kita sekarang. Quantum leaching menunjukkan
kepada Kita cara untuk menjadi guru yang
lebih baik. Quantum Teaching mcnguraikan cara-cara baru yang memudahkan
proses belajar Kita lewat pcmaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang
terarah. apa pun mata pelajaran yang kita ajarkan. Dengan menggunakan
metodologi Quantum Teaching. Kita akan dapat menggabungkan
keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang
akan melejitkan prestasi siswa.
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks
segala sesuatunya berarti. Setiap kata, fikiran, tindakan dan asosiasi dan
sampai sejauh mana Kita
menggubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula
proses belajar berlangsung (Lozanov, 1978). Quantum Teaching adalah penggubahan
belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga
menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen
belajar. Quantum Teaching berfokus pada
hubungan dinamis dalam lingkungan kelas—interaksi yang mendirikan ikitasan dan kerangka untuk belajar.
a.
Definisi Quantum Teaching Learning (QTL)
Kata quantum berasal dari bahasa Latin, berarti
“Seberapa banyak?”, menggambarkan satuan terkecil yang bisa berarti menyerupai
partikel. Selanjutnya Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar
yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan
belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan
mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:E = mc2
E =
Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M =
massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c =
interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan
persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta
akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada
peserta didik.
Dengan
demikian Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha
mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini
sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa.
Quantum Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang
memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari
keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid, anda
seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas.
b.
Asas Utama Quantum Teaching
Quantum teaching bersandar pada konsep “Bawalah
Dunia Mereka ke Dunia Kita, Dan Antarkanlah Dunia Mereka ke Dunia Kita”.
Artinya : mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai
langkah pertama untuk mendapatkan hal mengajar. Hak mengajar ini diberikan oleh
siswa, bukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas mengeluarkan
dokumen yang mengizinkan seseorang untuk mengajar. Berarti hanya memiliki
wewenang untuk mengajar.
Belajar
dan segala definisinya adalah kegiatan fullcontect. Dengan kata lain, belajar
melibatkan semua aspek kepribadian manusia-pikiran, perasaan dan bahasa tubuh
di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa
mendatang. Dengan demikian hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberi
oleh pelajar dan diraih oleh guru
Jadi
masukilah dunia mereka! Karena tindakan ini akan memberikan izin untuk memimpin
dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang
lebih luas. Bagaimana caranya? dengan mengaitkan apa yang Anda ajarkan dengan
sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dan kehidupan rumah,
sosial, atletik, musik, seni. Reaksi, atau akademis mereka.
Setelah
kaitan itu terbentuk, Anda dapat membawa ke dunia Anda dan memberikan mereka
pemahaman Anda mengenai isi dunia itu. Di sinilah kosa kata baru, model mental,
rumus, dan lain-lain dibeberkan. Dengan demikian, siswa dapat membawa apa yang
mereka pelajarike dalam dunia mereka dan menerapkan pada situasi yang baru.
c.
Prinsip-Prinsip Quantum Teaching
Prinsip-prinsip
ini adalah sebagai struktur Chord dasar dan simfoni belajar Anda.
Prinsip-prinsip ini adalah:
1)
Segalanya bicara Segalanya dan lingkungan hingga bahasa tubuh nada, dan
kertas yang Anda bagikan hingga rancangan pelajaran semuanya mengiriim pesan
tentang belajar.
2)
Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam pengubahan, semuanya mempunyai
tujuan
3)
Pengalaman sebelum pemberian nama Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan
kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses
belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelurn
mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari.
4)
Akui setiap usaha Pada saat ‘siswa mengambil langkah mereka patut mendapat
pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan din mereka.
5)
Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan
meningkatkan asposiasi emosi positif dalam belajar
d.
Model Quantum Teaching
Model QT
hampir sama dengan sebuah simfoni, yang terdiri dan dua unsur, yaitu: konteks
dan isi (contect and content).
Konteks
adalah latar untuk pengalaman Anda. Konteks merupakan keakraban ruang orkestra
itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor dan para pemain musiknya (suasana)
keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerja sama, (landasan) dengan
interprestasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Unsurunsur mi
berpadu dan kemudian menciptakan pengalaman bermusik yang meny1uruh.
Isi,
anggaplah lembaran musik itu sendiri sebagai isi not-not nyata pada sebuah
halaman. Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frasa musik dimainkan
(penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orkestra,
memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.
e.
Kerangka rancangan belajar Quantum Teaching
Kerangka
rancangan Quantum Teaching ini dikenal dengan istilah TANDUR, dibawah ini akan
dijelaskan mengenai TANDUR
1)
Tumbuhkan. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat Bagiku ”
(AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. Stategi untuk melaksanakan Tumbuhkan
tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis,
melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu
muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang.
2)
Alami.
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
Konsep Alami mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi
pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga
menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah.
3)
Namai.
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”.Dalam
memahami konsep Namai yaitu perbedaan apa yang perlu dibuat dalam belajar? Apa
yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat
berpikir apa yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan? Strategi
implementasi konsep Namai dapat menggunaka gambar susunan gambar, warna, alat
Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.
4)
Demonstrasikan.
Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”. Hal ini
sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap
materi yang dipelajari.
5)
Ulangi.
Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan
memang tahu ini”.
6)
Rayakan.
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan
ilmu pengetahuan. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati
usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan
kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan
kegairahan siswa dalam belajar lehi lanjut.
f.
Strategi Quantum learning
Quantum
learning berakar dari upaya Dr. George Lozanov seorang pendidik kebangsaan
Bulgaria yang bereksperim.. en dengan apa yang disebut sebagai SUGGESTOLORY
atau SUGGESTOPED1A
Prinsipnya
adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap
detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif.
Teknik
untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman,
memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan prestasi individu,
menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan
informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalamlseni pengajaran
sugesti.
Istilah
lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah pemercepat
belajar, adalah “ memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya yang normal. Dan dibarengi kegembjraan quantum
learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP),
yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi.
Program
ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk
menciptakan aliran pengertian antara siswa dan guru.
Tubuh kita
secara fisik adalah materi, sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak
mungkin interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Quantum
learning menggabungkan suggestology, teknik pemercepatan belajar, dan NLP
dengan teori keyakinan, termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dan berbagai
teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
1)
Teori otak kanan/kiri;
2)
Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik)
3)
Teori kecerdasan ganda
4)
Pendidikan holistic
5)
Belajar berdasarkan pengalaman
6)
Belajar dengan symbol
7)
Simulasi/permainan
2
MOTIVASI
BELAJAR
Masnur
menjelaskan, motivasi adalah daya atau perbuatan yang mendorong seseorang.
tindakan atau perbuatan merupakan gejala sebagai akibat dan adanya motivasi
tersebut. Seorang siswa dapat belajar dengan giat karena motivasi dari luar
dirinya, misalnya adanya dorongan dari orangtua atau gurunya, janiji-janji yang
diberikan apabila ia berhasil dan sebagainya. Akan tetapi, akan lebih baik apabila
motivasi belajar datang dari dalam dininya sendiri, sehingga ia akan terdorong
secara terus-menenis, tidak bergantung pada situasi luar
Motivasi
atau miriat belajar merupakan hasrat untuk belajar dari seseorang individu.
Seorang siswa dapat belajar secara lebih efisien apabila ia berusaha untuk belajar
secara maksimal. Artinya, ia memotivasi dirinya sendiri. Motivasi belajar dapat
datang dari dalam diri siswa yang rajin membaca buku dan memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi terhadap suatu masalah.
Motivasi
belajar dapat dibangkitkan, ditingkatkan, dan dipelihara oleb kondisi-kondisi
luar, seperti penyajian pelajaran oleh guru dengan media bervariasi, metode
yang tepat, komunikasi yang dinamis, dan sebagainya.
a.
Macam Macam Motivasi Belajar
Ditinjau
dan sudut operasionalnya, motivasi terdini atas beberapa macam bentuk benikut.
1)
Motif
Seorang siswa yang belajar diasumsikan di dalam dirinya
ada dorongan untuk memulai, melaksanakan, dan mengatur aktivitasnya. Dorongan
tersebut bergantung pada tiap-tiap individu siswa. Dalam hubungan ini, dapat
dilihat dan dua macam motif, yaitu (1) motif biogenis; (2) motif sosiogenis.
a)
Motif biogenis
Motif biogenis adalah motif yang berasal dan masalah
biologis, yaltu motif yang sifatnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis
(physical needs). Kebutuhan biologis ini merupakan kebutuhan yang paling
fundamental. Ini berarti bahwa sebelum kebutuhan-kebutuhan lain yang perlu
dipenuhi oleh setiap manusia, kebutuhan biologis yang pertama harus dipenuhi.
Contoh kebutuhan biologis ini adalah makan, minum, pakaian, dan sebagainya.
Khusus untuk memotivasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sekolah harus
menyediakan kebutuhan fisik yang cukup memadai, misalnya WC yang bersih, kantin
yang sehat, ruang kelas yang sesual dengan ventilasi yang memadai, tempat duduk
yang nyaman dan aman, halaman sekolah yang rindang, dan sebagainya.
b)
Motif sosiogenis
Motif sosiogenis adalah motif yang berasal dan segi
sosial. Motif ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidup seseorang. Guru harus
mengetahui adanya motif ini dalam diri setiap siswa, untuk dimanfaatkan dalam
pencapalan belajar.
Motif-motif yang termasuk dalam sosiogenis dikelompokkan menjadi:
(1)
motif pencapaian,
yaitu motif yang berbentuk keinginan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang dihadapi seseorang;
(2)
motif untuk bergabung, yaitu motif yang berbentuk
keinginan untuk bergabung menjadi anggota suatu kelompok
(3)
motif keterlibatan pribadi, yaitu motif yang berbentuk
keinginan untuk mendapat perhatian, pengaruh, prestasi, dan sukses.
Motif-motif
lain di antaranya berbentuk
(1)
motif kebutuhan rasa aman
(2)
motif kebutuhan akan cinta dan kasih saying
(3)
;motif kebutuhan harga diri
(4)
motif peningkatan diri.
Motif-motif di atas merupakan motif yang kuat
yang dapat berpengaruh terhadap tingkah laku siswa. Guru harus memanfaatkan
motif-motif tersebut untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru dapat
memanfaatkan motif pencapaian dengan memberikan soal-soal bahasa Indonesia,
terutama yang memerlukan pemecahan masalah. Motif untuk bergabung dimanfaatkan
dengan cara diskusi kelompok untuk menemukan konsep tertentu. Motif terhadap
kebutuhan harga diri, guru bisa memanfaatkannya dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk saling berkompetisi secara sehat. Guru bersifat wajar,
menerima, menghargai pendapat siswa, dan menghargai eksistensi siswa secara
manusiawi yang merupakan kebutuhan siswa terhadap nasa aman, tenteram,
kebutuhan cinta dan kasih sayang, serta kebutuhan harga din.
2)
Minat
Minat memengaruhi proses hasil belajar yang juga
berpengaruh terhadap motivasi. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari
sesuatu, dia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari
hal tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu sesuai dengan
minatnya, ia akan berhasil lebih baik. Minat seseorang teriiadap suatu hal
dapat dilihat dan keinginannya untuk mengetahul atau belajar lebih banyak. Oleh
karena itu, guru harus mengetahui minat siswa terhadap suatu mata pelajanan dan
mengetahui cara menarik perhatian siswa terhadap pelajaran
b.
.Fungsi motivasi
Guru
sebagai petugas pendidikan harus menguasai materi pelajaran yang disajikannya,
metode penyampaian yang cocok dengan materi, dan mampu mengelola lingkungan
belajar. Salah satu hal yang sangat penting adalah membangkitkan dan
mengembangkan motivasi siswa untuk belajar. Fungsi motivasi yang berkenaan
dengan proses belajar mengajar, antara lain sebagai berikut.
1) Fungsi penggerak dalam
motivasi
Penggerak motivasi belajar untuk siswa dapat dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain:
a)
Metode penemuan (Bruner). Metode ini dimaksudkan agar
siswa memberi stimulan terhadap dirmnya sendiri sehingga ia melakukan fungsi
penggerak motivasinya;
b)
Motivasi kompetensi (Robert White). Motivasi kompetensi
menggerakkan tindakan-tindakan, seperti menyelidiki, memerhatikan, berbicara,
penalaran, dan memanipulasi;
c)
Belajar terprogram (Bert Kersh). Kelompok belajar secara
terbimbing berisi serangkaian pertanyaan dan jawaban, yang disusun secara
bertahap sampai pada penyelesaian masalah. Cara belajar seperti ini, menuntut
siswa untuk membuat inferensi dan mengingat aturan-aturan tanpa bantuan atau
penjelasan dan guru;
d)
prosedur brainstorming (Torrance). Prosedur inl
dimaksudkan agar siswa mampu memproduksi ide-ide yang berbobot tinggi, melalui
diskusi dan kritik lstilah lain prosedur ini adalah prosedur urun pendapat. Beberapa
keuntungan prosedur inl adalah menghasilkan ide-ide lebih banyak dibandingkan
dengan cara lain, seperti pengarahan janji, ataupun hadiah
2) Fungsi
harapan
Guru memberi harapan-harapan tersebut untuk menggugah
motivasi belajar. Cara-cara yang dapat dilaksanakan untuk memenuhi fungsi
harapan ini antara lain:
a)
merumuskan tujuan instruksional sekhusus mungkin. Tujuan-tujuannya
spesifik, operasional, dan dapat diamati akan lebih mendorong siswa untuk
mencapainya. Dalam hubungan ini telah terkandung harapan-harapan yang
diinginkan siswa;
b)
tujuan instruksional hendaknya terbagi atas tiga
kategori, yaitu tujuan instruksional yang Iangsung, intermediate, dan jangka
panjang. Jauh dekatnya tujuan iristruksional memberikan pengaruh terhadap
kepercayaan siswa untuk mencapainya, yang bertalian erat dengan pengerahan
energi;
c)
perubahan-perubahan harapan. Harapan adalah produk dari
pengalaman masa lampau. Keberhasilan atau kegagalan pada masa lampau merupakan
unsur utama untuk meramalkan keberhasilan dan kegagalan yang mungkin terjadi
pada masa yang akan datang;
d)
tingkat aspirasi. Tingkat aspirasi dimaksudkan sebagai
pembangkit motivasi dengan berpedoman bahwa keberhasilan masa Iampau mengondisi
siswa untuk menambah harapan-harapan mereka. Kegagalan masa lampau menyebabkan
siswa memperendah harapannya, untuk menjaga agar kegagalan yang sama tidak
terulang.
c.
Teknik-Teknik motivasi
Keberhasilan
belajar pada dasarnya terletak pada tangan siswa sendiri, dan faktor motivasi
belajar memegang peranan penting di dalam menci ptakan efektivitas kegiatan
belajar-mengajar. Guru harus memotivasi siswa agar mereka aktif belajar,
terlibat, dan berperan serta dalam setiap pelaksanaan proses belajar mengajar
di kelas. Oleh karena itu, guru harus memikirkan sebaik-baiknya usaha-usaha apa
yang patut dilakukan untuk membangkitkan motivasi para siswa yang dikelolanya
agar mereka melaksanakan kegiatan belajar secara aktif.
Beberapa
teknik atau pendekatan untuk memotivasi siswa agar memiliki gairah dalam
belajar, antara lain:
1) berikan kepada siswa rasa
puas untuk keberhasilan Iebih lanjut;
2) ciptakanlah suasana kelas
yang menyenangkan;
3) aturlah tempat duduk siswa
secara bervariasi;
4) pakailah metode
penyampalan yang bervariasi sesuai dengan materi yang disajikan;
5) kembangkan pengertian para
siswa secara wajar;
6) berikan komentar terhadap
pekerjaan siswa
3
PENERAPAN
PENDEKATAN QTL UNTUK MENINGAKATKAN MOTIVASI BELAJAR
Banyak factor yang menyebabkan ketidak mampuan
siswa dalam menyerap pelajaran yang diberikan guru diantaranya bermula dari
proses pembelajaran yang tidak menarik dan membosankan. Sebagai akibarnya siswa
menjadi malas dan tidak tertarik terhadap materi yang disampaikan. Oleh karena
itu penting bagi guru untuk mengaplikasikan kegiatan pembelajaran yang menarik kelas
misalnya dengan cara menyapa siswa dengan ramah dan semangat, menciptakan
suasana rileks, memotivasi siswa, dan menggunakan metode pembelajaran yang
variatif.
Beranjak dari hal tersebut, sudah saatnya guru
untuk merubah paradigm mengajar yang masih bersifat
teacher-centred menjadi stundent-centred yang menyenangkan. Apa lagi hal tersebut memang sudah diamanatkan Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang sisdiknas dan Peraturan Pemerintah No.19 tentang standar
pendidikan nasional. Undang-undang No.
pasal 40 ayat 2 berbunyi “guru dan tenaga
kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis”. Sementara Peraturan Pemerintah No.19
pasal 19 ayat 1 berbunyi “proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa
untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik,
serta psikologi siswa”
Sebenarnya sudah banyak literatur yang membahas
tentang pembelajaran menyenangkan yang diistilahkan dengan kata PAKEM atau PAIKEM
yang dapat digunakan oleh para guru. Demikian pula beberapa pendekatan untuk
mendukung PAKEM seperti quantum teaching, kontekstual teaching, dan active
learning. Namun masih sedikit para guru yang tertarik untuk menggunakannya. Hal
ini mungkin disebabkan keterbatasan waktu bagi guru untuk membaca literature tersebut
karena umumnya tebal dan lebih bersifat teoritis. Artikel ini mudah-mudahan
dapat menjadi solusi yang dapat digunakan para guru untuk menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan.
a.
Pembelajaran Yang Menyenangkan
Istilah pembelajaran mengacu pada dua aktivitas
yaitu mengajar dan belajar. Aktivitas mengajar berkaitan dengan apa yang
dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar berkaitan dengan siswa. Hal ini seperti
yang diungkap oleh Munib Chatib bahwa pembelajaran adalah proses transfer ilmu
dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima
informasi. Sementara Achjar Chalil mendefiniskan pembelajaran sebagaiproses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.Sedangkan menurut Arief.S Sadiman pembelajaran adalah proses
penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau
media tertentu
Dari ketiga definisi tersebut dapat dipahami
bahwa dalam pembelajaran memuat tiga unsur penting yaitu :
1)
Proses yang direncanakan guru,
2)
Sumber belajar,
3)
dan siswa yang belajar.
Dalam konteks pembelajaran menyenangkan, siswa
lebih diarahkan untuk memiliki motivasi tinggi dalam belajar dengan mencipta kan
situasi yang menyenangkan dan mengembirakan.
Menurut Mulyasa, pembelajaran menyenangkan (joyfull
instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat
suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan.
Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru dengan
siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra belajar
siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari
siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada
beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Pembelajaran dikatakan menyenangkan apabila di
dalamnya terdapat suasana yang rileks, bebas dari tekanan, aman, menarik, bangkitnya
minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta didik tercurah,
lingkungan belajar yang menarik, bersemangat, perasaan gembira, konsentrasi
tinggi. Sementara sebaliknya pembelajaran menjadi tidak menyenangkan apabila
suasana tertekan, perasaan terancam, perasaan menakutkan, merasa tidak berdaya,
tidak bersemangat, malas/tidak berminat, jenuh/bosan, suasana pembelaj aran
monoton, pembelajaran tidak menarik siswa.
b.
Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan
Dalam rangka menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain :
1) Menyapa siswa dengan ramah
dan bersemangat
Menciptakan awal yang berkesan adalah penting
karena akan mempengaruhi proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik, dan
memikat, maka proses pembelajaran akan lebih hidup dan menggairahkan.
Oleh karena itu selalu awali kegiatan
pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada siswa, misalnya “anak-anak senang
bertemu kalian hari ini, kalian adalah anak-anak bapak atau/ibu yang
hebat”.Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah memantulkan energy positif
yang dapat mempegaruhi semangat para siswa.
Kita dapat bayangkan jika seorang guru ketika memulai pembelajaran dengan raut
muka ruwet, tidak senyum, penampilan kusut, tentu saja suasana kelas menjadi
menegangkan dan menakutkan.
2) Menciptakan suasana rileks
Ciptakanlah lingkungan yang releks, yaitudengan
menciptakan lingkungan yang nyaman. Oleh karena itu aturlah posisi tempat duduk
secara berkala sesuai keinginan siswa. Bisa memakai format U, lingkaran,
Cevron, dan lain-lain. Selain itu, ciptakanlah suasana kelas dimana siswa
tidak takut melakukan kesalahan. Untuk
menanamkan keberanian kepada siswa dalam mengemukakan pendapat atau menjawab
pertanyaan, katakana kepada siswa jika jawabannya salah katakan“KAN LAGI
BELAJAR”. Karena sedang belajar, maka kesalahan adalah suatu yang lumrah dan
tidak berdosa.
3) Memotivasi siswa
Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam
banyak teori pembelajaran. Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan,
perhatian, kecemasan, dan umpan balik/penguatan. Adanya dorongan dalam diri
individu untuk belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi
bisa saja karena rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus model
pembelajaran yang menarik memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik
yang akan belajar. Respon yang baik tersebut, akan berubah menjadi sebuah
motivasi yang tumbuh dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong untuk
mengikuti proses pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias.
Apabila dalam diri peserta didik telah tumbuh
respon, hingga termotivasi untuk belajar, maka tujuan belajar akan lebih mudah
dicapai. Peserta didik yang antusias dalam proses pembelajaran memiliki
kecenderungan berhasil lebih besar dibanding mereka yang mengikuti proses
dengan terpaksa atau asal-asalan.
Kebanyakan pendidik mengajar hanya untuk mengejar
target tanpa memperdulikan pemahaman peserta didik. Padahal belajar adalah
suatu bentuk aktivitas manusia yang memerlukan adanya motivasi untuk mencapai
tujuan. Semakin tinggi motivasi yang didapat siswa maka semakin tinggi pula
keberhasilan yang akan dicapai.
Banyak cara dalam memberikan motivasi kepada
siswa antara lain dengan membuat yel-yel berupa kata-kata afirmasi seperti
dialog dibawah ini:
Guru :
Apa Kabar ?
Siswa : Kabar
baik !
Guru :
Apakah kalian suka belajar ?
Siswa :
ya kami suka !
Guru :
seberapa suka ?
Siswa :
sangat suka !
Guru :
untuk apa kalian belajar ?
Siswa :
agar pintar !
Guru :
seberapa pintar ?
Siswa :
sangat pintar !
Guru dapatmembuat kata-kata afirmasi sendiri
yang disesuaikan dengan harapan yang dinginkan dari kata-kata tersebut.
Misalnya guru ingin agar siswa memperlakukan guru dengan hormat dapat
membiasakan kalimat ini bagi siswa :
Guru :
apakah kalian murid yang baik ?
Siswa :
ya kami murid yang baik !
Guru :
bagaimana kalian memperlakukan guru ?
Siswa :
dengan hormat
Guru :
seberapa hormat ?
Siswa :
sangat hormat !
Kata-kata afirmasi tersebut dapat digunakan
pada awal pemebelajaran, pertengahan, dan penutupan. Dan digunakan secara
berulang-ulang sehingga kata-kata tersebut menghujam ke hatinya sehingga
melahirkan sikap yang positif sesuai dengan kata-kata afirmasi itu sendiri.
4) Menggunakan ice breaking
Dalam pelajaran terkadang kita melihat
timbulnya suasana yang kurang mendukung hingga menyebabkan tidak tercapainya
tujuan dari pembelajaran. Suasana yang dimaksud adalah kaku, dingin, atau beku
sehingga pembelajaran saat itu menjadi kurang nyaman.
Icebreaking berguna untuk menaikkan kembali
derajat perhatian peserta pelatihan (training). Hal ini perlu dilakukan oleh
guru karena berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat
berkonsentrasi pada satu focus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu
konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat memusatkan perhatian (focus).
Seorang guru harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa siswa sudah
tidak dapat konsentrasi lagi dengan melakukan ice breaking agar siswa menjadi
segar dan konsentrasi kembali. Ice breaking bisa berupa yel-yel, tepuk tangan,
menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota badan, dan games.
5) Menggunakan metode yang
variatif
Individu adalah makhluk yang unik memiliki
kecenderungan, kecerdasan, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Paling tidak ada
4 gaya belajar siswa seperti yang diungkapkan Howard Gardner yaitu Auditory,
Visual, Reading dan Kinesthetic.Guru perlu menyadari bahwa siswa dalam satu
kelas memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk
mengakomodir semua siswa belajar dengan latar belakang yang berbeda tersebut
guru dapat menggunakan metode yang bervariasi. metode praktis yang dapat
diterapkanantara lain:
a)
Every one is a teacher here
Dalam metode ini setiap siswa sebagai guru.
Setiap siswa menuliskan sebuah pertanyaan pada selembar kertas tentang materi
pokok yang telah atau sedang dipelajari. Pertanyaan tersebut dikumpulkan dan
diacak kemudian dibagikan kembali kepada siswa. Diupayakan kertas yang dikembalikan
tersebut tidak kembali kepada yang membuat pertanyaan semula. Kemudian siswa
diminta untuk membacakan pertanyaan yang ada padanya dan menjawabnya sesuai
dengan kemampuannya selanjutnya diberikan kesempatan kepada siswa yang lain
untuk menambahkan jawabannya.
b)
The Power of two and four
Guru menetapkan satu masalah atau pertanyaan
terkait dengan materi yang telah atau sedang
dipelejari. Setiap siswa diminta memikirkan jawabannya masing-masing kemudian
mencaripasangan untuk mendiskusikannya. Setelah berdiskusi dengan pasangannya
masing-masing, siswa diminta untuk membuat kelompok dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok kembali mendiskusikan persoalan yang
sama.
c)
Card sort
Dalam metode ini, guru menyiapkan kartu berisi
tentang materi pokok yang telah atau sedang dipelajari. Isi kartu terdiri dari
kartu induk (topic utama) dan kartu rincian. Seluruh kartu diacak kemudian
dibagikan kepada setiap siswa. Perintahkan kepada siswa untuk bergerak mencari
kartu induknya. Setelah ketemu kartu induknya, siswa secara otomatis akan
membuat kelompok sesuai dengan topic atau kartu induknya dan menyusun rincian
sesuai dengan urutannya masing -masing. Guru kemudian mengecek apakah ada siswa
yang salah masuk kelompok atau salah dalam mengurutkan rinciannya.
d)
Reading aloud
Guru memilih sebuah teks yang menarik sesuai
dengan topic pembelajaran yang dibagi dalam potongan-potongan kertas untuk
dibaca dengan keras oleh siswasecara bergantian. Ketika bacaan-bacaan tersebut
berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan poin-poin
tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan
contoh-contoh. Guru dapat membuat diskusi-diskusi singkat jika para siswa
menunjukan minat dalam bagian tertentu.
4
HIPOTESIS
Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih perlu
diuji kebenarannya. Berdasarkan
teori pembelajaran dan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada latar
belakang penelitian sebelumnya, peneliti dapat menyusun hipotesis tindakan
sebagai berikut: “Jika pembelajaran menggunakan pendekatan Quantum
Teaching Learning maka Motivasi Belajar Siswa PAI pada materi Aqidah Akhlaq
Siswa kelas x SMK Zainul Hasan Balung Jember dapat di tingkatkan”.
C.
METODE PENELITIAN
penelitian tindakan kelas (PTK)merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. PTKmempunyai tujuan
yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional guru
sebagai pendidik dalam menangani proses pembelajaran di kelas. Sehingga PTK
memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan
mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Implementasi dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK mencoba dengan
sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah yang
terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna.
PTK mempunyai karakteristik penting, yaitu
bahwa permasalahan yang
diangkat adalah permasalahan yang dihadapi oleh
guru pada waktu proses pembelajaran di dalam kelas. PTK bisa dilaksanakan
apabila seorang pendidik sejak awal menyadari dan mengetahui adanya persoalan
yang terkait dengan proses pembelajaran yang dihadapi di kelas.
1
SETTING
PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan di SMK Informatika Zainul Hasan Balung Jember pada tahun
ajaran 2015/2016, tepatnya pada bulan Mei 2016
2
SASARAN
TINDAKAN
Sasaran
pada penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan seluruh siswa PAI kelas X SMK
Zainul Hasan Balung Jember
3
RENCANA
TINDAKAN
a.
Desain PTK
Desain penelitian adalah
rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti
empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Desain penelitian ini mengacu
pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart
Pada
penelitian tindakan kelas(PTK) menggunakan 2 siklus. Penelitian ini merujuk
dari apa yangdisyaratkan untuk penelitian tindakan kelas yaitu penelitian
dilakukansekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan. Pada
penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan 2 siklus namun jika belum memenuhi
kriteria keberhasilan maka diperlukan 1 siklus lagi sampai terpenuhi kriteria
keberhasilan tersebut. Hal ini bertujuan agar terjadi adanya perbaikan pada
siklus kedua. Informasi dari sklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus
berikutnya, oleh karena itu siklus kedua, ketiga dan seterusnya tidak dapat
dirancang sebelum siklus pertama terjadi. Hasil refleksi pada siklus terdahulu,
dugunakan sebagai acuan dalam menyusun siklus-siklus selanjutnya. Dari hal ini
dapat disimpulkan bahwa siklus kedua dan seterusnya merupakan perbaikan dari
siklus pertama.
Pada
setiap pelaksanaan penelitian, desain sangat dibutuhkan agar penelitian tetap
berada pada apa yang direncanakan dan lebih matang. Berikut adalah desain
penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini.
Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan
tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Pada bagian awal yaitu
identifikasi masalah, permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi
bertanya kepada siswa dalam pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari
pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan cara
menghafal dan bukan dalam proses inkuiri. Dalam diskusi dipikirkan cara untuk
mendorong inkuiri siswa, apakah dengan mengubah kurikulum atau mengubah cara
bertanya kepada siswa?
Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan
diputuskan untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk
menjawab pertanyaan sendiri.
Pada kotak tindakan (action), mulai diajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang
mereka pahami, dan apa yang mereka minati.
Pada kotak pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan
dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang
terjadi. Pengamat juga membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang telah
mereka sediakan.
Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas
yang terlalu ketak menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga
tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki.
Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan
modifikasi dalam bentuk mengurangi pernyataan-pernyataan guru yang bersifat
mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada
tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan
direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.
b. Rencana Tindakan
Penelitian
Model penelitian Kemmis dan Mc Tagrat ini mempunya beberapa siklus
dalam tiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan dan
pengamatan, dan Refleksi. Apabila siklus I telah dilaksanakan, berdasarkan
refleksi masih terdapat kekurangan, maka dengan memperhatikan hasil refleksi
siklus I dapat digunakan sebagai masukan atau saran untuk membuat perencanaan
pada siklus II. Secara rinci kegiatan pada masing-masing siklus diuraikan
sebagai berikut.
Tabel
Rencana Pelaksanaan PTK
Siklus ke
|
Kegiatan
|
1
|
A. Pertemuan
Pertama
1. Perencanaan
a. Merencanakan
pembelajaran yang akan di terapkan dalam proses pembelajaran
b. Mempersiapkan
sumber, bahan, dan alat yang dibutuhkan
c. Menerapkan
standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar sesuai dengan silabus yaitu
pada mata pelajaran PAI kelas X
semester II.
SK :
Membiasakan akhlaq terpuji
KD:
Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu
dan atau menerima tamu
d. Menentukan
scenario atau strategi pembelajaran yang akan digunakan. Dalam hal ini
peneliti akan menggunakan strategi pembelajaran PAIKEM
e. Menyusun
lembar observasi
|
|
2.
Tindakan Kelas
Tindakan yang dilakukan merupakan pelaksanaan
perencanaan tindakan I. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan yaitu
menggunakan pendekatan Quantum Teaching Learnng, adapun metodenya menggunakan
metode ceramah dan disertai dengan metode yang lain, yang sesua dengan
strategi PAIKEM. Jika diuraikan kegiatan tindakan kealas ini diantaranya
a.
Guru memberi salam kepada peserta didik, dan berkenan
untuk saling berkenalan antara guru dengan peserta didik
b.
Guru memulai menyampaikan materi yang ingin di capai
sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
c.
Setelah guru menyampaikanmateri dengan menggunakan
metode ceramah, guru merubah metodenya dengan berbagai macam metode yang
sekiranya tidak membuat peserta didik bosan
d.
Guru bisa membagi kelompok dalam kelas, dan berdiskusi
antar siswa dengan guru atau siswa dengan siswa, sesuai dengan strategi yang
digunakan.
e.
Setelah lama kemudian atau saat-saat akhir waktu, guru
memberi sesi pertanyaan kepada peserta didik, diharapkan agar peserta didik
yang belum mengerti dengan materi bisa di tanyakan langsung kepada guru
f.
Setelah semua pertanyaan selesai dijawab, guru memberi
kesimpulan
|
|
3. Pengamatan
a.
Melakukan observasi dengan menggunakan
lembar observasi yang sudah disiapkan untuk mengumpulkan data
b.
Mencatat permasalahan-permasalahan apa saja
yang didapat ketika kegiatan pembelajaran berlangsung contoh :
1)
rata-rata peserta didik ditak fokus
perhatian kepada guru
2)
rata-rata peserta didik banyak yang
bergurau
3)
tidak faham dengan materi
4)
dl
|
|
4. Refleksi
a.
Melakuan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan
b.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai
hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya
|
2
|
A.
Pertemuan ke dua
1.
Perencanaan
a.
Identifikasi masalah yang ada pada siklus
pertama, dan penetapan alternatif pemecahan masalah
b.
Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang
dibutuhkan sesuai dengan strategi yang akan digunakan
c.
Melanjutkan kompetensi dasar dan standar kompetensi
sesuai dengan silabus pada pertemuan kedua ini kompetensi dasarnya
menjelaskan tentang menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu atau menerima tamu
d.
Menentukan model atau strategi yang akan di
pakai, jika model atau strategi yang digunakan pada siklus pertama tidak
efektif makan pada siklus ke dua ini model dan strateginya harus diganti
sesuai dengan kebutuhan peserta didik
e.
Menyusun lembar observasi
|
|
2.
Tindakan Kelas
Pada tahap
ini sama halnya dengan tahap pertama mengenai tindakan kelas, akan tetapi
perbedaannya pada saat penggunaan model atau strategi yang akan digunakan,
|
|
3.
Pengamatan
Pada tahap
pengamatan ini juga sama dengan tahap pengamatan pada siklus pertama, akan
tetapi perbedaannya ada kemajuan dalam proses pembelajaran, jadi dalam hal
ini mengurangi hal hal yang tidak aktif dalam hal pembelajaran
Contoh, jika
pada siklus pertama terdapat 10 permasalahan, dan pada siklus kedua ini angka
permasalahan menjadi berkurang,
Itu berarti
ada kemajuan terhadap kita, dan kita harus tetap memperbaiki kesalahan
kesalahan kita yang ada pada silus ke 2, kita catat untuk perbaikan pada
siklus ke 3
|
|
4.
Refleksi
a.
Melakukan evalusai tindakan yang telah
dilakukan
b.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuatu
hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya
|
3
|
A.
Pertemuan ke Tiga
1.
Perencanaan
a.
Identifikasi masalah yang ada
pada siklus kedua, dan penetapan alternatif pemecahan masalah
b.
Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang
dibutuhkan sesuai dengan strategi yang akan digunakan
c.
Melanjutkan kompetensi dasar dan standar
kompetensi sesuai dengan silabus pada pertemuan ketiga ini kompetensi
dasarnya Mempraktikkan adab dalam
berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu dalam
kehidupan sehari-hari
d.
Menentukan model atau strategi yang akan di
pakai, jika model atau strategi yang digunakan pada siklus kedua tidak
efektif makan pada siklus ke tiga ini model dan strateginya harus diganti
sesuai dengan kebutuhan peserta didik
e.
Menyusun lembar observasi
|
|
2.
Tindakan Kelas
Pada tahap ini sama halnya dengan tahap
pertama atau yang keda, akan tetapi perbedaannya pada saat penggunaan model
atau strategi yang akan digunakan,
|
|
|
|
3.
Pengamatan
Pada tahap
pengamatan ini juga sama dengan tahap pengamatan pada siklus pertama dan
kedua, akan tetapi perbedaannya ada kemajuan dalam proses pembelajaran, jadi
dalam hal ini mengurangi hal hal yang tidak efektif dalam hal pembelajaran
Contoh, jika
pada siklus pertama dan kedua terdapat 10 permasalahan, dan pada siklus
ketiga ini angka permasalahan harus menjadi berkurang, Itu berarti ada
kemajuan terhadap pembelajaran kita
|
|
4.
Refleksi
a.
Melakukan evalusai tindakan yang
telah dilakukan
|
4
DATA DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Sumber
data dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar mata pelajaran PAI dan
siswa kelas X. Teknik Penelitian ini yang diamati adalah pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran quantum teaching.
Sumber data motivasi dan prestasi belajar adalah siswa. Sumber data pelaksanaan
metode pembelajaran quantum teaching adalah guru dan siswa
a.
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian adalah .suatu alat ntuk mengumpulkan data dan informasi yang
diinginkan . Menurut Suharsimi Arikunto
instrumen penelitian dapat diartikan sebagai alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis,
sehingga data yang diperoleh mudah untuk diolah. Instrumen penelitian biasanya
dipakai oleh peneliti untuk menanyakan atau mengamati responden, sehingga
diperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Instrumen penelitian
digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Menurut Riduwan jumlah
instrumen yang digunakan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.
Instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1)
Metode Observasi
Observasi
merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung. Observasi dilakukan dengan
melihat, mengamati sendiri dan mencatat prilaku siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar. Saat melakukan pengamatan, peneliti bertugas sebagai observer
yang bertugas mengamati aktivitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
pengampu mata pelajaran, dan dibantu oleh 1 orang observer lainnya. Pengamatan
dilakukan dengan bantuan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
menggunakan metode quantum teaching oleh guru.
2)
Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data
yang diperoleh, memberikan gambaran secara konkrit mengenai kegiatan siswa pada
saat pembelajaran. Dokumen yang digunakan tes hasil belajar berupa soal pretest
dan postest, LKS, daftar kelompok siswa, dan daftar nilai siswa.
3)
Angket
Angket
digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh berdasarkan lembar
observasi serta catatan lapangan terutama mengenai motivasi belajar siswa
terhadap pembelajaran gambar teknik dengan menggunakan metode pembelajaran quantum
teaching. Pengukuran angket motivasi belajar menggunakan skala linkert,
yang terdiri dari empat macam pilihan yaitu : Selalu = SL, Sering = SR, Jarang
= JR, Tidak Pernah = TP
4)
Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru
untuk menanyakan pendapat mereka mengenai proses pembelajaran yang diterapkan
dan untuk mengetahui hal-hal yang kurang bisa diamati pada saat observasi.
Pertanyaan yang akan diajukan, disusun dengan pedoman wawancara agar kegiatan
wawancara focus kepada aspek yang diteliti
5)
Dokumentasi
Dokumentasi
digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh dari hasil observasi,
skala motivasi, dan wawancara. Dokumen yang digunakan berupa daftar kelompok,
daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan secara konkret
mengenai kegiatan kelompok siswa juga digunakan dokumentasi foto.
5
ANALISIS DATA
Data
yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi, data hasil
skala, hasil wawancara. Data-data tersebut dianalisis sejak tindakan pembelajaran
dilaksanakan, kemudian dikembangkan selama proses refleksi sampai penyusunan
laporan. Data hasil observasi diurai untuk menggambarkan hambatan-hambatan yang
muncul dalam pelaksanaan pembelajaran dan upaya-upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Keabsahan data dalam penelitian ini
diperoleh dengan cara triangulasi data yaitu mencocokkan data yang satu dengan
data yang lain.
Data
hasil skala dalam pembelajaran PAI saat kegiatan pembelajaran berkenaan dengan
aspek motivasi dianalisis dengan data yang lain.
a.
Masing-masing butir pernyataan pada skala dikelompokkan
sesuai dengan aspek-aspek yang diamati.
b.
Menurut pedoman penskoran skala yang telah dibuat, kemudian
dihitung jumlah skor setiap butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati.
c.
Jumlah skor yang diperoleh pada setiap aspek selanjutnya
dicari berapa besar presentasenya dan dikategorikan sesuai dengan kategori
hasil persentase skor pada skala motivasi belajar ilmu gizi siswa.
d.
Menentukan rata-rata persentase dari aspek yang diamati dan
kemudian dikategorikan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan untuk
6
INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator
keberhasilan pada penelitian ini adalah meningkatnya motivasi belajar siswa
yang dilihat dari hasil angket pada siklus satu ke siklus selanjutnya. Selain
itu dilihat dari meningkatnya rata-rata persentase motivasi belajar PAI siswa
dari siklus satu ke siklus selanjutnya dan telah mencapai kategori tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. H.
Muzayyin Arifin, M. (2011). KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Drs. KH.
M. Ladzi Safroni, M. (2013). Al-GHAZALI BERBICARA TENTANG PENDIDIKAN ISLAM.
Malang: Aditya Media Publishing
Prof. H. Muzayyin Arifin, M. (2011). KAPITA
SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arina
Restiana, S. M. (2015). PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Malang: UMM Press.
Deporter, B., Reardon, M.,
& Singer, S. N. (1999). Quantum Teaching : Orchestrating Student
Success. (A. Nilandari, Trans.) Boston: Allyn and Bacon.
trimakasih gan sudah berbagi ilmu sangat bermanfaat sekali
BalasHapusthank's buat artikelnya,,
sama-sama
HapusBisakah kami minta soft copynya. pak
BalasHapusCasino 2021 | A Step-by-Step Guide with Exclusive Bonuses
BalasHapusCasino bonus and promotions come directly from 포커 게임 다운 the casino's sportsbook, and the site is m w88 easy to navigate 벳 인포 해외 배당 흐름 and a lot 다파벳 of the fun 바인드토토 is available.
The Star Casino opens at Encore Boston Harbor, and more
BalasHapusThe Star Casino 영주 출장샵 will open at 10 a.m. 충청북도 출장샵 to 3 p.m. on 성남 출장샵 Thursday, May 14, at 1 p.m. ET. The venue will be 시흥 출장안마 on the Boardwalk or at 구리 출장샵 the Boston Harbor